DAFTAR ISI

Senin, 16 September 2013

NIKAH MUT`AH (KAWIN KONTRAK)

AllahSWT berfirman dalam Alquran :
وَأُحِلَّ لَكُمْ مَا وَرَاءَ ذَلِكُمْ أَنْتَبْتَغُوابِأَمْوَالِكُمْ مُحْصِنِينَ غَيْرَمُسَافِحِينَ فَمَااسْتَمْتَعْتُمْ بِهِ مِنْهُنَّ فَآَتُوهُنّ َأُجُورَهُنَّ فَرِيضَةً
"Dan dihalalkan bagimu selain (perempuan-perempuan) yang demikian itu jika kamu berusaha dengan hartamu untuk menikahinya bukan untuk berzina, maka karena kenikmatan yang telah kamu dapatkan dari mereka berikanlah maskawinnya kepada mereka sebagai suatu kewajiban" ( QSAnnisa' : 24)
Syubhat
Kaum Syiah menjadikan ayat di atas sebagai dalil diperbolehkan nikah mut`ah, karena kalimat تَبْتَغُوابِأَمْوَالِكُم ْأَنْ (jika kamu berusaha dengan hartamu ) mereka tafsirkan dengan kebolehan untuk berusaha dengan harta untuk mencari wanita lain selain wanita yang diharamkan bisa dengan cara nikah daim atau nikah mut`ah.
Pendapat ini dikuatkan dengan qiraah Ubay bin Kaab dan sahabat Ibn Abbas  yang menambahkan kalimat إلىأَجَلٍمُّسَمًّى (sampai waktu yang telah ditentukan) sehingga bunyi potongan ayat tersebut menjadi :
فَمَااستمتعتمبِهِمِنْهُنَّإلىأَجَلٍمُّسَمًّىفآتوهنأجورهن
karena kenikmatan yang telah kamu dapatkan selama waktu yang telah ditentukan.
Dengan penambahan ini berarti yang dimaksud استمتعتم (bersenang-senang) dalam ayat ini tak lain adalah mut`ah (nikah kontrak) karena nikah yang dibatasi oleh jangka waktu hanyalah nikah mut`ah.
Memang sebagian ulama mengatakan kebolehan nikah mut`ah dalam ayat ini telah dihapus, mereka berpegang pada perkataan Sayidina Ali :
أَنَّعَلِيًّارَضِيَاللَّهُعَنْهُقَالَلِابْنِعَبَّاسٍإِنَّالنَّبِيَّصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَنَهَىعَنْالْمُتْعَةِوَعَنْلُحُومِالْحُمُرِالْأَهْلِيَّةِزَمَنَخَيْبَرَ
Bahwasanya Ali ra berkata kepada Ibnu Abbas “ Sesungguhnya Nabi saw telah melarang nikah Mut`ah dan daging keledai jinak di masa perang khaibar”.
Akan tetapi disini ada sedikit kemusykilan, karena riwayat-riwayat yang menghapus hukum mut`ah kebanyakan menyatakan bahwa terhapusnya hukum mut’ah dan keledai jinak terjadi di masa peperangan khoibar (± 7 H), sedangkan kisah-kisah yang menyatakan mengenai kebolehan mut’ah  kebanyakan terjadi  di masa  haji wada’ (± 10 H) atau ketika penaklukan Kota Mekkah (± 8 H).
Ini adalah bukti mengenai lemahnya pendapat yang menyatakan mengenai terhapusnya hukum pembolehan mut`ah karena seharusnya nasikh (hukum yang menghapus) datang setelah mansukh (hukum yang dihapus) bukan sebaliknya.
Pendapat mengenai tidak adanya penghapusan hukum mut`ah juga dikuatkan dengan perkataan Sayyidina Umar :
متعتانكانتامشروعتينفيعهدرسولاللهصلىاللهعليهوسلم،وأناأنهيعنهما : متعةالحج،ومتعةالنكاح
“Dua mut’ah yang dulu disyariatkan pada masa Rasulullah saw, sekarang aku haramkan keduanya yaitu :mt`ah haji  dan nikah mut’ah”
Ini menunjukkan bahwa di masa Rasulullah hukum nikah mut`ah tidak dihapus.Tentunya  hukum yang berlaku pada zaman Nabi saw tidak bisa terhapus dengan pendapat Sayidina Umar ra.
Karena itulah sahabat Imran bin Hushain mengatakan  :
“اناللهأنزلفيالمتعةآيةومانسخهابآيةأخرى،وأمرنارسولاللهصلىاللهعليهوسلمبالمتعةومانهاناعنها”
“Sungguhnya Allah menurunkan ayat mut’ah dan tidak ada ayat yang menghapusnya.Nabi  saw memerintahkan kita untuk mut’ah dan tidak pernah melarangnya”
Dalam hadist yang lain bahkan ia berkata "akan ada seseorang yang mengatakan dengan keharaman mut'ah ini dengan pendapatnya sendiri". Orang yang dimaksud adalah Sayyidina Umar , yang telah mengharamkan dua mut`ah yang telah dihalalkan Nabi dengan pendapatnya sendiri.
Selain itu, mengenai kebolehan nikah mut`ah juga banyak disinggung oleh para pembesar sahabat diantaranya Ibnu Abbas ra :
قالعمارة : سألتابنعباسعنالمتعة : أسفاحهيأمنكاح؟قال : لاسفاحولانكاح،قلت : فماهي؟قال : هيمتعةكماقالتعالى،قلت : هللهاعدة؟قالنعمعدتهاحيضة،قلت : هليتوارثان؟قاللا .
Imaroh berkata : aku bertanya kepada Ibn Abbas tentang mut’ah apakah termasuk  zina ataukah nikah? Ibn Abbas menjawab “Mut’ah bukan zina dan bukan juga nikah tapi mut’ah yang telah diterangkan oleh Allah تعالى”. “apakah dia wajib untuk iddah?”. “ya !Iddahnya satu kali haid. “apakah mereka (laki-laki dan wanita yang mut’ah) saling mewarisi”.  Ibn Abbas mengatakan “tidak !mereka tidak saling mewarisi”
Dan juga perkataan Sayidina Ali ra yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Jarir ra :
لولاأنعمررضياللهعنهنهىعنالمتعةمازنىإلاشَقِيٌّ.
“Seandainya Umar tidak melarang orang-orang dari mut’ah maka tidak ada orang yang bezina kecuali orang yang celaka”.
Menjadi jelas bahwa kebolehan nikah mut`ah memiliki dasar yang kuat dari syariat, dan riwayat yang menyatakan terhapusnya hukum ini tidak bisa di buktikan kebenarannya. Benarkah semua itu ?
Kami Mejawab
Makna استمتعتمبِهِ
Memang para pakar tafsir berselisih pendapat dalam menafsirkan ayatdiatas :
Menurut mayoritas ulama’ maksud dari  استمتعتمبِهِمِنْهُنَّ (kenikmatan yang telah kamu dapatkan dari mereka) adalah kenikmatan karena sebab menikahinya. Jadi ayat ini adalah perintah untuk memberikan mahar kepada mereka secara sempurna dalam nikah mutlak apabila telah bersetubuh dan tak ada hubungan sama sekali dengan nikah mut`ah.
Ibn Jauzy mengatakan "Ayat di-atas tidak ada hubungannya dengan nikah mut'ah, ayat tersebut menjelaskan nikah shohih" sampai dengan perkataannya "barang siapa yang mentafsiri ayat dengan selain ini maka dia telah keliru dan dia tidak mengetahui ilmu bahasa"
Al-Imam ibn Jarir At-Thabary  setelah meriwayatkan dua ta'wil dari ayat tersebut mengatakan " yang lebih utama membawa ayat tersebut kepada nikah shohih karena adanya dalil yang kuat dalam keharaman nikah mut'ah"(1)
Sedangkan qiraah yang menambahkan kata إلىأَجَلٍمُّسَمًّى  (sampai waktu yang telah ditentukan) dalam potongan ayat diatas  adalah qiraah syadz (jarang) dan menyalahi mushaf-mushaf yang ada di tangan kaum muslimin sehingga tidak bisa dijadikan hujjah atau sumber rujukan(2).
Menurut pendapat kedua ayat ini memang menjelaskan mengenai bolehnya nikah mut’ah yaitu menikahi wanita dengan imbalan harta dan batasan waktu yang telah disepakati oleh dua belah pihak.
Akan tetapi agar kita tidak terjebak dengan pendapat ini, perlu diketahui bahwa memang semua ulama’ telah  sepakat bahwa mut’ah hukumnya halal pada permulaan islam. Namun hukum mut'ah tersebut sudah dihapus untuk selamanya.Dan hal ini telah disepakati oleh ulama kecuali kaum syiah (3).

Penghapusan hukum mut`ah
Riwayat-riwayat yang datang mengenai penghapusan hukum mut`ah berbeda-beda dalam menyebutkan waktu penghapusannya, tidak hanya dalam peperangan khaibar seperti yang dikatakan Syiah.  Menurut sebagian riwayat hal itu terjadi pada peperangan Khaibar (± 7 H)(4), ada pula yang menyatakan itu terjadi di masa Fathu Mekah atau Ayamul Authas (± 8 H)(5) ada juga yang menyatakan di Haji Wada (± 10 H)(6). Mengenai perbedaan riwayat ini, Imam Nawawi menyatakan, bahwa pada mulanya nikah mut`ah diperbolehkan kemudian dihapus di zaman Khaibar kemudian diidzinkan kembali dalam Fathu Mekah karena dharurat selama tiga hari kemudian dihapus di saat itu juga untuk selamanya, sedangkan mengenai riwayat penghapusan di haji wada` adalah sebagai penekanan atas penghapusan yang telah ada, agar mereka yang hadir haji wada` dari segala penjuru mengetahui mengenai pelarangan ini dan dapat menyampaikannya kepada yang tidak hadir. Memang terdapat riwayat yang menyatakan mengenai adanya idzin untuk mut`ah ketika haji wada` akan tetapi riwayat ini bertentangan dengar riwayat-riwayat yang lebih shohih sehingga tidak bisa dijadikan hujah(7).
Sedangkan ayat yang menghapus kebolehan mut`ah adalah ayat thalaq, nikah, iddah, dan warits(8).
Di riwayatkan oleh  Atho' Al Khurosany dari Ibn Abbas bahwa ayat فَمَااستمتعتمبِهِمِنْهُنَّ telah dihapus dengan ayat  :
يأيُّهَاالنبىإِذَاطَلَّقْتُمُالنساءفَطَلّقُوهُنَّلِعِدَّتِهِنَّ
Artinya "Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar)" (At- Thalaq : 1)
Karena pernikahan mut`ah selesai dengan berlalunya waktu bukan karena thalaq.
Ayat mut`ah juga dihapus dengan ayat :
والذينهُمْلِفُرُوجِهِمْحافظونإِلاَّعلىأزواجهمأَوْمَامَلَكَتْأيمانهم
Artinya " Dan orang-orang yang memelihara kemaluannya,kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak-budak yang mereka miliki" (Al-Ma'arij : 29, 30)
Dalam ayat ini diterangkan bahwa apa yang selain isteri atau budak tidak halal. Sedangkan wanita yang dimut`ah tidak termasuk keduanya. Dia tidak bisa dikatakan isteri karena istri dapat mewarisi Sebagaimana firman Allah :
{ وَلَكُمْنِصْفُمَاتَرَكَأزواجكم }
Artinya "Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak" (An-Nisa' : 12)
sedangkan wanita yang dimut`ah tidak saling mewarisi.  Sebagaimana perkataan Ibnu Abbas :
قالعمارة : سألتابنعباسعنالمتعة : أسفاحهيأمنكاح؟قال : لاسفاحولانكاح،قلت : فماهي؟قال : هيمتعةكماقالتعالى،قلت : هللهاعدة؟قالنعمعدتهاحيضة،قلت : هليتوارثان؟قاللا .
Imaroh bertanya kepada Ibn Abbas tentang mut’ah apakah zina ataukah nikah ?Ibn Abbas menjawab “Mut’ah bukan zina dan bukan juga nikah tapi mut’ah yang telah diterangkan oleh Alloh SWT”. “apakah dia wajib untuk iddah”, “ya ! Iddahnya satu kali haid”, “apakah mereka (laki-laki dan wanita yang mut’ah) saling mewarisi”, Ibn Abbas mengatakan “tidak !mereka tidak saling mewarisi”
Perkataan Sayidina Umar dan Sahabat Imran bin Hushain
Adapun mengenai perkataan Sayidina Umar dalam khutbahnya :
متعتانكانتامشروعتينفيعهدرسولاللهصلىاللهعليهوسلم،وأناأنهيعنهما : متعةالحج،ومتعةالنكاح
“Dua mut’ah yang dulu disyariatkan pada masa Rasullah saw, sekarang aku haramkan keduanya yaitu : haji tamatu’  dan nikah mut’ah”
Perkataan beliau “Dua mut`ah yang pernah ada di zaman Rasul saw ”, tidak berarti bahwa beliau mengakui bahwa mut`ah tidak pernah dihapus di zaman Rasul saw akan tetapi mut`ah tersebut memang pernah ada di zaman Rasul saw sebelum kemudian dihapus.
Dalam riwayat lain disebutkan :
متعتانكانتاعلىعهدرسولالله [ صلىاللهعليهوسلم ] وأناأنهيعنهماأوأعاقبعليهما . أحدهما : متعةالنساءفلاأقدرعلىرجلتزوجامرأةإلىأجلإلاغيبتهفيالحجارةوالأخرى : متعةالحجأفصلواحجكمعنعمرتكمفإنهأتملحجكموأتملعمرتكم
Dua mut`ah yang dulu disyariatkan pada masa Rasulullah saw, sekarang aku larang keduanya dan akan kuhukum yang melakukannya. Yang pertama nikah mut`ah, maka tidaklah aku mendapati lelaki yang menikah dengan wanita dengan tempo kecuali aku rajam dengan batu.Kedua mut`ah haji, pisahkanlah haji kalian dari umrah kalian karena itu lebih sempurna bagi haji dan umroh kalian.
Jika kita perhatikan riwayat ini, kita akan menemukan bahwa larangan Sayidina Umar untuk melakukan mut`ah haji hanya sebatas anjuran, sesuai perkataanya “Itu lebih sempurna bagi haji dan umrah kalian”. Berbeda dengan larangan Beliau untuk melakukan nikah mut`ah yang lebih keras, bahkan mengancam mereka yang melakukannya dengan hukuman yang sama dengan hukuman pezina yaitu hukuman rajam, beliau tidak mungkin berani melakukan ini kecuali karena beliau telah mendengar mengenai larangan Nabi saw untuk melakukannya (9).
Sedangkan perkataan sahabat Imran bin Hushain ( :
اناللهأنزلفيالمتعةآيةومانسخهابآيةأخرى،وأمرنارسولاللهصلىاللهعليهوسلمبالمتعةومانهاناعنها”
“Sungguhnya Allah menurunkan ayat mut’ah dan tidak ada ayat yang menghapusnya.Nabi  saw  memerintahkan kita untuk mut’ah dan tidak pernah melarangnya”
Memang benar perkataan ini adalah bentuk protes Sahabat Imran bin Husain ra kepada Sayidina Umar ra yang melarang mut`ah, akan tetapi menggunakan perkataan ini sebagai dalil mengenai tidak dihapusnya hukum nikah mut`ah tidak tepat sasaran, karena yang dimaksud mut`ah dalam hadits di atas bukan nikah mut`ah akan tetapi mut`ah dalam haji, ini bisa kita ketahui dari riwayat lain mengenai perkataan Imran bin Husain  yang diriwayatkan oleh Muslim : 
عَنْأَبِيرَجَاءٍقَالَقَالَعِمْرَانُبْنُحُصَيْنٍنَزَلَتْآيَةُالْمُتْعَةِفِيكِتَابِاللَّهِيَعْنِيمُتْعَةَالْحَجِّوَأَمَرَنَابِهَارَسُولُاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَثُمَّلَمْتَنْزِلْآيَةٌتَنْسَخُآيَةَمُتْعَةِالْحَجِّوَلَمْيَنْهَعَنْهَارَسُولُاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَحَتَّىمَاتَقَالَرَجُلٌبِرَأْيِهِبَعْدُمَاشَاءَ
“Ayat mut’ah turun dalam kitab Allah ─maksudnya adalah mut'ah haji─ Nabi SAW telah memerintahkan kita untuk dengan mut’ah dan tidak ada setelahnya ayat yang menghapus hukum mut`ah haji, kemudian kami menjalankannya, sampai beliau meninggal dan tidak pernah melarang kita dari mut’ah.Seseorang berkata dengan pendapatnya sendiri"(10).
Pendapat Sayyidina Ali ra dan Sayyidina Ibnu Abbas ra
Mengenai perkataan Sayidina Ali  (:
لولاأنعمررضياللهعنهنهىعنالمتعةمازنىإلاشَقِيٌّ.
“Seandainya Umar tidak melarang orang-orang dari mut’ah maka tidak ada orang yang bezina kecuali orang yang celaka”.
Perkataan ini tidak di riwayatkan kecuali dari Syiah. Selain itu, dalil  ini bertentangan dengan perkataan  Sayidina Ali kepada Ibnu Abbas yang menyatakan bahwa mut`ah telah dilarang sejak di masa perang khaibar :
الْحَسَنُبنمُحَمَّدِبنعَلِيٍّوَأَخُوهُعبداللَّهِعنأَبِيهِمَاأَنَّعَلِيًّارضياللهعنهقاللابنعَبَّاسٍإِنَّالنبيصلىاللهعليهوسلمنهىعنالْمُتْعَةِوَعَنْلُحُومِالْحُمُرِالْأَهْلِيَّةِزَمَنَخَيْبَرَ)صحيحالبخاري(
Dari Al Hasan bin Muhammad dan Saudaranya Abdullah bin Muhammad dan dari Ayah keduanya Bahwasanya Ali ra berkata kepada Ibnu Abbas “ Sesungguhnya Nabi saw telah melarang nikah Mut`ah dan daging keledai jinak di masa perang khaibar”.(HR Bukhari)
Adapun riwayat-riwayat  yang datang dari Ibnu Abbas ra mengenai kebolehan nikah mut`ah seperti perkataannya:
قالعمارة : سألتابنعباسعنالمتعة : أسفاحهيأمنكاح؟قال : لاسفاحولانكاح،قلت : فماهي؟قال : هيمتعةكماقالتعالى،قلت : هللهاعدة؟قالنعمعدتهاحيضة،قلت : هليتوارثان؟قاللا .
Imaroh bertanya kepada Ibn Abbas tentang mut’ah apakah zina ataukah nikah ?Ibn Abbas menjawab “Mut’ah bukan zina dan bukan juga nikah tapi mut’ah yang telah diterangkan oleh Alloh SWT”. “apakah dia wajib untuk iddah”, “ya ! Iddahnya satu kali haid”, “apakah mereka (laki-laki dan wanita yang mut’ah) saling mewarisi”, Ibn Abbas mengatakan “tidak !mereka tidak saling mewarisi”
Atau perkataan lain yang bersumber darinya(11). Dimungkinkan ini adalah perkataannya sebelum mengetahui penghapusan hukum nikah mut`ah.Setelah Imam Ali ra memberitahukannya mengenai penghapusan hukum mut`ah, Ibnu abbas ra menarik kembali ucapannya.
Oleh karena itu didapatkan riwayat dari Ibnu Abbas ra yang menyatakan mengenai keharaman mut`ah :
عَنْابْنِعَبَّاسٍقَالَإِنَّمَاكَانَتْالْمُتْعَةُفِيأَوَّلِالْإِسْلَامِكَانَالرَّجُلُيَقْدَمُالْبَلْدَةَلَيْسَلَهُبِهَامَعْرِفَةٌفَيَتَزَوَّجُالْمَرْأَةَبِقَدْرِمَايَرَىأَنَّهُيُقِيمُفَتَحْفَظُلَهُمَتَاعَهُوَتُصْلِحُلَهُشَيْئَهُحَتَّىإِذَانَزَلَتْالْآيَةُ { إِلَّاعَلَىأَزْوَاجِهِمْأَوْمَامَلَكَتْأَيْمَانُهُمْ } قَالَابْنُعَبَّاسٍفَكُلُّفَرْجٍسِوَىهَذَيْنِفَهُوَحَرَام    )سننالترمذي - 3 / 430(
“ dari Ibnu Abbas berkata “ mut`ah hanya ada di awal islam ada laki-laki yang mendatangi suatu daerah di sana dia tidak dikenal maka dia menikahi wanita dengan jangka waktu menetapnya dan menjaga barang-barangnya dan memmperbaiki keadaannya. Sampai turun ayat (إِلَّاعَلَىأَزْوَاجِهِمْأَوْمَامَلَكَتْأَيْمَانُهُمْ) berkata Ibnu Abbas maka seluruh farji selain keduannya adalah haram “(HR Turmudzi)
Di riwayatkan juga bahwa sebelum wafatnya, Ibn Abbas mencabut pendapatnya dalam masalah mut'ah :
اللهمإنيأتوباليكمنقوليفيالمتعةوالصرف
“Aku bertobat dari pendapatku tentang mut’ah dan Shorf”.
Menjadi jelas bahwa dalil yang berpedoman pada pendapat dari ibn Abbas ra tentang diperbolehkannya nikah mut'ah adalah tidak kuat karena ibn Abbas ra telah menarik semua pendapatnya tentang mut'ah sebelum wafatnya (12).
Ada juga riwayat mengatakan bolehnya mut'ah nikah dan mut'ah hajji merupakan kekhususan sahabat.
وحَدَّثَنَاقُتَيْبَةُبْنُسَعِيدٍحَدَّثَنَاجَرِيرٌعَنْفُضَيْلٍعَنْزُبَيْدٍعَنْإِبْرَاهِيمَالتَّيْمِيِّعَنْأَبِيهِقَالَقَالَأَبُوذَرٍّرَضِيَاللَّهُعَنْهُلَاتَصْلُحُالْمُتْعَتَانِإِلَّالَنَاخَاصَّةًيَعْنِيمُتْعَةَالنِّسَاءِوَمُتْعَةَالْحَجِّ ] صحيحمسلم - (2 / 897 [(
“Berkata Abu Dzar ra dua mut`ah tidak diperuntukkan kecuali untuk kami yaitu nikah mut`ah dan mut`ah haji” (HR Muslim)
Dan yang dimaksud dengan mut`ah haji di sini, menurut sebagian ulama adalah berihram untuk haji kemudian memalingkan niatnya kepada umrah. Hukum melakukan mut`ah haji seperti ini memang menjadi perdebatan ulama, sebagian besar mereka mengatakan bahwa ini merupakan kekhususan sahabat, dan tidak boleh dilakukan setelah mereka(13).
Penutup
kalau kita mau berpikir hikmah pernikahan adalah untuk menjadikan suami istri merasa tentram dan timbul rasa kasih sayang, bagaimana mungkin akan timbul rasa kasih sayang apabila seorang istri tahu bahwa dirinya akan diceraikan :
وَمِنْآَيَاتِهِأَنْخَلَقَلَكُمْمِنْأَنْفُسِكُمْأَزْوَاجًالِتَسْكُنُواإِلَيْهَاوَجَعَلَبَيْنَكُمْمَوَدَّةًوَرَحْمَةً
Artinya "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang". (ar-Rum : 21).
Kamisebagai Sunny merasa heran dengan kaum Syiah yang mengaku sebagai pecinta Ahlul Bait (keturunan Nabi), akan tetapi menghalalkan mut'ah walaupun dengan Syarifah (gadis keturunan nabi) bukankah ini adalah penghinaan yang besar atas keagungan martabat mereka. Bahkan dalam madzhab kita Ahlus Sunnah terutama Syafi'iyah seorang syarifah tidak bisa dinikahi dengan sembarang orang walaupun dengan nikah shohih  apalagi dengan nikah mut`ah. Sekarang bisa kita lihat siapakah yang lebih memuliakan keluarga nabi, kita ataukah mereka.
Beberapa kebohongan syiah dalam nikah mut'ah
Tidak hanya itu, Bahkan kaum Syiah berani berbohong atas nama Rasul saw untuk mendukung pendapat mereka mengenai mut`ah. Al Kasany dalam tafsirnya mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda "Telah datang kepadaku Jibril dari sisi tuhanku membawa sebuah hadiah kepadaku, hadiah itu adalah menikahi wanita-wanita mukminah (dengan kawin mut`ah). Allah belum pernah memberikan hadiah kepada para nabipun sebelumku, ketahuilah mut'ah adalah keistimewaan dari Allah yang dikhususkan untukku karena keutamaanku melebihi para nabi dahulu barang siapa yang melakukan mut'ah sekali dalam umurnya dia menjaadi ahli surga, jika laki-laki dan wanita melakukan mut'ah  di suatu tempat maka satu malaikat turun kepadanya untuk menjaga hingga mereka berpisah, apabila mereka bercengkrama maka obrolan mereka dianggap dzikir dan tasbih, apabila yang satu memegang tangan pasangannya maka dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan bercucuran keluar dari  jemari keduanya apabila yang satu mencium yang lain maka ditulis pahala bagi setiap ciuman seperti pahala haji dan umrah dan ditulis dalam jima' (persetubuahan) muereka setiap sahwat dan kelezatan satu kebajikan bagai gunung yang menjulang ke langit, bila mereka berdua  mandi dan air berjatuhan maka Allah meciptakan dari setiap tetesan itu satu malaikat yang bertasbih dan mensucikan Allah. sedang pahala tasbih dan taqdisnya ditulis untuk keduanya hingga akhir qiamat (Tafsir Manhaj as –Shodiqin Fathulloh al-Kasany : 356 )
Mereka juga berdusta atas nama Ja'far Asshadiq (, mereka mengatakan bahwa Beliau pernah berkata “mut'ah itu adalah agamaku dan agama bapak-bapakku, barang siapa yang  mengamalkannya berarti mengamalkan agama kami dan barang siapa yang mengingkarinya berarti mengingkari agama kami bahkan ia memeluk selain agama kami. Dan anak dari mut'ah lebih utama daripada anak dari istri yang langgeng dan yang mengingkari mut'ah adalah murtad " (Tafsir Manhaj as –Shodiqin Fathulloh al-Kasany : 356 )
Mereka menambah kesesatan mereka dengan meriwayatkan atas nama Rasul ( "barang siapa yang melakukan mut'ah dengan wanita mu'minah maka seolah–olah dia berziarah ke ka'bah (berhaji sebanyak 70 kali)". (Ujalah Hasanah terjemah Risalah al Mut'ah oleh : Al Majlisi hal : 16)
Apakah Rasulullah saw , Sayidina Ali ra , Atau Ja`far Asshadiq ra  pernah melakukan mut`ah ???
Cukuplah ketiadaan riwayat jelas yang menyatakan bahwa Rasulullah saw, Sayidina Ali ra ataupun keturunannya pernah melakukan nikah mut`ah menjadi bukti kebohongan khabar-khabar yang mereka buat.
Referensi
(1)زادالمسير - (2 / 53( 
وقدتكلفقوممنمفسريالقراءفقالواالمرادبهذهالآيةنكاحالمتعةثمنسختبمارويعنالنبيصلىاللهعليهوسلمأنهنهىعنمتعةالنساءوهذاتكلفلايحتاجإليهلأنالنبيصلىاللهعليهوسلمأجازالمتعةثممنعمنهافكانقولهمنسوخابقولهوأماالآيةفانهالمتتضمنجوازالمتعةلأنهتعالىقالفيها { أنتبتغوابأموالكممحصنينغيرمسافحين } فدلذلكعلىالنكاحالصحيحقالالزجاجومعنىقوله { فمااستمتعتمبهمنهن } فمانكحتموهنعلىالشريطةالتيجرتوهوقوله { محصنينغيرمسافحين } أيعاقدينالتزويج { فآتوهنأجورهن } أيمهورهنومنذهبفيالآيةإلىغيرهذافقدأخطأوجهلاللغة
تفسيرالطبري - (5 / 13)
قالأبوجعفروأولىالتأويلينفيذلكبالصوابتأويلمنتأولهفمانكحتموهمنهنفجامعتموهفآتوهنأجورهنلقيامالحجةبتحريماللهمتعةالنساءعلىغيروجهالنكاحالصحيحأوالملكالصحيحعلىلسانرسولهصلىاللهعليهوسلم
تفسيرالبيضاوي - (2 / 171(
{ فمااستمتعتمبهمنهن } فمنتمتعتمبهمنالمنكوحاتأوفمااستمتعتمبهمنهنمنجماعأوعقدعليهن { فآتوهنأجورهن } مهورهنفإنالمهرفيمقابلةالاستمتاع { فريضة } حالمنالأجوربمعنىمفروضةأوصفةمصدرمحذوفأيإيتاءمفروضاأومصدرمؤكد
روحالمعاني - (5 / 7(
قولهعزمنقائل : ( فإذااستمتعتم )وهويدلعلىأنالمرادبالاستمتاعهوالوطءوالدخوللاالاستمتاعبمعنىالمتعةالتييقولبهاالشيعةوالقراءةالتيينقلونهاعمنتقدممنالصحابةشاذة
الكشاف - (1 / 529(
- فمااستمتعتمبهمنهن-  فمااستمتعتمبهمنالمنكوحاتمنجماعاوخلوةصحيحةاوعقدعليهن-فآتوهنأجورهن-عليهفأسقطالراجعإلى( ما ) لأنهلايلبس…
تفسيرالجلالين - (1 / 104(
فما } فمن { استمتعتم } تمتعتم { بهمنهن } ممنتزوجتمبالوطء { فآتوهنأجورهن } مهورهنالتيفرضتملهن
(2)تفسيرالطبري - (5 / 13)
وأمامارويعنأبيبنكعبوبنعباسمنقراءتهمافمااستمتعتمبهمنهنإلىأجلمسمىفقراءةبخلافماجاءتبهمصاحفالمسلمينوغيرجائزلأحدأنيلحقفيكتاباللهتعالىشيئالميأتبهالخبرالقاطعالعذرعمنلايجوزخلافه
أضواءالبيان - (1 / 236( 
} فمااستمتعتمبهمنهن }إلىأجلمسمىوهذايدلعلىأنالآيةفينكاحالمتعةفالجوابمنثلاثةأوجه :   الأول : أنقولهمإلىأجلمسمىلميثبتقرءانا؛لإجماعالصحابةعلىعدمكتبهفيالمصاحفالعثمانيةوأكثرالأصوليينعلىأنماقرأهالصحابيعلىأنهقرءانولميثبتكونهقرءانالايستدلبهعلىشىء؛لأنهباطلمنأصله؛لأنهلمالمينقلهإلاعلىأنهقرءانفبطلكونهقرءاناظهربطلانهمنأصله
(3)فيضالقدير - (6 / 321)
قالابنحجرفيالفتحسندهقوينهىعنالمتعةأيعننكاحالمتعةكماهولفظروايةأحمدوهوالنكاحالمؤقتبمدةمعلومةأومجهولةسميبهلأنالغرضمنهمجردالتمتعدونالنسلوغيرهقالبعضالأئمةهذامنغريبالشريعةفإنهتداولهالنسخمرتينأبيحثمحرمثمأبيحثمحرمفإنهكانجائزافيصدرالدينثمنسخفيخيبرأوعمرةالقضاءوالفتحأوأوطاسأوتبوكأوحجةالوداعوالأصحعندجمعالفتحوالنوويالصوابأنتحريمهاوإباحتهاوقعامرتينفكانتمباحةقبلخيبرثمحرمتفيهاثمأبيحتعامالفتحوهوعامأوطاسثمحرمتمؤبداقالعياضكابنالمنذروقدجاءعنالأوائلالرخصةثمفيهاوقعالإجماععلىتحريمهاإلامنلايلتفتإليهمنالروافضوأجمعواعلىأنهمتىوقعالآنأبطلهبهقبلالدخولأوبعدهإلاأنزفرجعلهاكالشروطالفاسدةولاعبرةبقوله..
(4)صحيحالبخاري - (5 / 1966)
4825 حدثنامَالِكُبنإِسْمَاعِيلَحدثنابنعُيَيْنَةَانهسمعالزُّهْرِيَّيقولأخبرنيالْحَسَنُبنمُحَمَّدِبنعَلِيٍّوَأَخُوهُعبداللَّهِعنأَبِيهِمَاأَنَّعَلِيًّارضياللهعنهقاللابنعَبَّاسٍإِنَّالنبيصلىاللهعليهوسلمنهىعنالْمُتْعَةِوَعَنْلُحُومِالْحُمُرِالْأَهْلِيَّةِزَمَنَخَيْبَرَ
سننالترمذي - (3 / 429)
1121 حدثنابنأبيعُمَرَحدثناسُفْيَانُعنالزُّهْرِيِّعنعبداللَّهِوَالْحَسَنِابْنَيْمُحَمَّدِبنعَلِيٍّعنأَبِيهِمَاعنعَلِيِّبنأبيطَالِبٍانالنبيصلىاللهعليهوسلمنهىعنمُتْعَةِالنِّسَاءِوَعَنْلُحُومِالْحُمُرِالْأَهْلِيَّةِزَمَنَخَيْبَرَقالوفيالْبَابعنسَبْرَةَالْجُهَنِيِّوَأَبِيهُرَيْرَةَقالأبوعِيسَىحَدِيثُعَلِيٍّحَدِيثٌحَسَنٌصَحِيحٌوَالْعَمَلُعلىهذاعِنْدَأَهْلِالْعِلْمِمنأَصْحَابِالنبيصلىاللهعليهوسلموَغَيْرِهِمْوَإِنَّمَاروىعنبنعَبَّاسٍشَيْءٌمنالرُّخْصَةِفيالْمُتْعَةِثُمَّرَجَعَعنقَوْلِهِحَيْثُأُخْبِرَعنالنبيصلىاللهعليهوسلموَأَمْرُأَكْثَرِأَهْلِالْعِلْمِعلىتَحْرِيمِالْمُتْعَةِوهوقَوْلُالثَّوْرِيِّوبنالْمُبَارَكِوَالشَّافِعِيِّوَأَحْمَدَوإسحاق
سننالنسائي (المجتبى) - (6 / 125)
3365 أخبرناعَمْرُوبنعَلِيٍّقالحدثنايحيىعنعُبَيْدِاللَّهِبنعُمَرَقالحدثنيالزُّهْرِيُّعنالْحَسَنِوَعَبْدِاللَّهِابْنَيْمُحَمَّدٍعنأَبِيهِمَاأَنَّعَلِيًّابَلَغَهُأَنَّرَجُلًالَايَرَىبِالْمُتْعَةِبَأْسًافقالإِنَّكَتَائِهٌإنهنهىرسولاللَّهِصلىاللهعليهوسلمعنهاوَعَنْلُحُومِالْحُمُرِالْأَهْلِيَّةِيومخَيْبَرَ
(5)صحيحمسلم - (2 / 1026)
1406 وحدثنيهحَسَنٌالْحُلْوَانِيُّوَعَبْدُبنحُمَيْدٍعنيَعْقُوبَبنإبراهيمبنسَعْدٍحدثناأبيعنصَالِحٍأخبرنابنشِهَابٍعنالرَّبِيعِبنسَبْرَةَالْجُهَنِيِّعنأبيهأَنَّهُأخبرهأَنَّرَسُولَاللَّهِصلىاللهعليهوسلمنهىعنالْمُتْعَةِزَمَانَالْفَتْحِمُتْعَةِالنِّسَاءِوَأَنَّأَبَاهُكانتَمَتَّعَبِبُرْدَيْنِأَحْمَرَيْنِ
صحيحمسلم - (2 / 1023( 
1405 حدثناأبوبَكْرِبنأبيشَيْبَةَحدثنايُونُسُبنمُحَمَّدٍحدثناعبدالْوَاحِدِبنزِيَادٍحدثناأبوعُمَيْسٍعنإِيَاسِبنسَلَمَةَعنأبيهقالرَخَّصَرسولاللَّهِصلىاللهعليهوسلمعَامَأَوْطَاسٍفيالْمُتْعَةِثَلَاثًاثُمَّنهىعنها
(6)مسندأحمد - (ج 30 / ص 352) 
14797 - حَدَّثَنَاعَبْدُالصَّمَدِحَدَّثَنَاأَبِيحَدَّثَنَاإِسْمَاعِيلُبْنُأُمَيَّةَعَنِالزُّهْرِيِّقَالَتَذَاكَرْنَاعِنْدَعُمَرَبْنِعَبْدِالْعَزِيزِالْمُتْعَةَمُتْعَةَالنِّسَاءِفَقَالَرَبِيعُبْنُسَبْرَةَسَمِعْتُأَبِييَقُولُسَمِعْتُرَسُولَاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَفِيحَجَّةِالْوَدَاعِيَنْهَىعَنْنِكَاحِالْمُتْعَةِ
سننأبيداود - (2 / 226)
2072 حدثنامُسَدَّدُبنمُسَرْهَدٍثناعبدالْوَارِثِعنإسماعيلبنأُمَيَّةَعنالزُّهْرِيِّقالكناعِنْدَعُمَرَبنعبدالْعَزِيزِفَتَذَاكَرْنَامُتْعَةَالنِّسَاءِفقاللهرَجُلٌيُقَالُلهرَبِيعُبنسَبْرَةَأَشْهَدُعلىأبيأَنَّهُحَدَّثَأَنَّرَسُولَاللَّهِصلىاللهعليهوسلمنهىعنهافيحَجَّةِالْوَدَاعِ
سننالبيهقيالكبرى - (7 / 204)
13938 أخبرناأبوعليالروذباريأنبأأبوبكربنداسهثناأبوداودثنامسددبنمسرهدثناعبدالوارثعنإسماعيلبنأميةعنالزهريقالكناعندعمربنعبدالعزيزرحمهاللهفتذاكرنامتعةالنساءفقالرجليقاللهربيعبنسبرةأشهدعلىأبيأنهحدثأنرسولاللهصلىاللهعليهوسلمنهىعنهافيحجةالوداعكذاقالوروايةالجماعةعنالزهريأولىوحديثسلمةبنالأكوعرضياللهعنهفيالإذنفيهثمالنهيعنهموافقلحديثسبرةبنمعبد  13927  
(7)شرحالنوويعلىصحيحمسلم - (9 / 181)
والصوابالمختارأنالتحريموالاباحةكانامرتينوكانتحلالاقبلخيبرثمحرمتيومخيبرثمأبيحتيومفتحمكةوهويومأوطاسلاتصالهماثمحرمتيومئذبعدثلاثةأيامتحريمامؤبداإلىيومالقيامةواستمرالتحريمولايجوزأنيقالانالاباحةمختصةبماقبلخيبروالتحريميومخيبرللتأبيدوأنالذيكانيومالفتحمجردتوكيدالتحريممنغيرتقدماباحةيومالفتحكمااختارهالمازرىوالقاضيلأنالرواياتالتيذكرهامسلمفيالاباحةيومالفتحصريحةفيذلكفلايجوزإسقاطهاولامانعيمنعتكريرالاباحةواللهأعلمقالالقاضيواتفقالعلماءعلىأنهذهالمتعةكانتنكاحاإلىأجللاميراثفيهاوفراقهايحصلبانقضاءالأجلمنغيرطلاقووقعالاجماعبعدذلكعلىتحريمهامنجميعالعلماءالاالروافضوكانبنعباسرضياللهعنهيقولبإباحتهاوروىعنهأنهرجععنهقالوأجمعواعلىأنهمتىوقعنكاحالمتعةالآنحكمببطلانهسواءكانقبلالدخولأوبعدهالاماسبقعنزفر
(8)تفسيرالقرطبي - (5 / 130(
وقالسعيدبنالمسيب : نسختهاآيةالميراثإذكانتالمتعةلاميراثفيهاوقالتعائشةوالقاسمبنمحمد :تحريمهاونسخهافيالقرآنوذلكفيقولهتعالى : والذينهملفروجهمحافظونإلاعلىأزواجهمأوماملكتأيمانهمفإنهمغيرملومينوليستالمتعةنكاحاولاملكيمينوروىالدارقطنيعنعليبنأبيطالبقال : نهىرسولاللهصلىاللهعليهوسلمعنالمتعةقال : وإنماكانتلمنلميجدفلمانزلالنكاحوالطلاقوالعدةوالميراثبينالزوجوالمرأةنسختوروىعنعليرضياللهعنهأنهقال : نسخصومرمضانكلصومونسختالزكاةكلصدقةونسخالطلاقوالعدةوالميراثالمتعةونسختالأضحيةكلذبحوعنإبنمسعودقال : المتعةمنسوخةنسخهاالطلاقوالعدةوالميراثوروىعطاءعنإبنعباسقال : ماكانتالمتعةإلارحمةمناللهتعالىرحمبهاعبادهولولانهىعمرعنهامازنىإلاشقيالعاشرةواختلفالعلماءكممرةأبيحتونسختففيصحيحمسلمعنعبداللهقال : كنانغزومعرسولاللهصلىاللهعليهوسلمليسلنانساءفقلنا : ألانستخصيفنهاناعنذلكثمرخصلناأنننكحالمرأةبالثوبإلىأجلقالأبوحاتمالبستيفيصحيحه : قولهمللنبيصلىاللهعليهوسلمألانستخصيدليلعلىأنالمتعةكانتمحظورةقبلأنأبيحلهمالإستمتاعولولمتكنمحظورةلميكنلسؤالهمعنهذامعنىثمرخصلهمفيالغزوأنينكحواالمرأةبالثوبإلىأجلثمنهىعنهاعامخيبرثمأذنفيهاعامالفتحثمحرمهابعدثلاثفهيمحرمةإلىيومالقيامة…
التفسيرالكبير - (10 / 41(
قالعمارة : سألتابنعباسعنالمتعة : أسفاحهيأمنكاح؟قال : لاسفاحولانكاح،قلت : فماهي؟قال : هيمتعةكماقالتعالى،قلت : هللهاعدة؟قالنعمعدتهاحيضة،قلت: هليتوارثان؟قالالا .  
(9)معرفةالسننوالآثار - (5 / 345)
237 - أخبرناأبوبكروأبوزكرياوأبوسعيدقالوا : حدثناأبوالعباسأخبرناالربيعأخبرناالشافعيأخبرنامالكعنابنشهابعنعروة : أنخولةبنتحكيمدخلتعلىعمربنالخطابفقالت : إنربيعةبنأميةاستمتعبمرأةمولدةفحملتمنه . فخرجعمريجررداءهفزعاًفقال : هذهالمتعةولوكنتتقدمتفيهلرجمت . وأماالذيعنجابرعنعمربنالخطاب : أنهخطبالناسفقال: متعتانكانتاعلىعهدرسولالله [ صلىاللهعليهوسلم ] وأناأنهيعنهماأوأعاقبعليهما . أحدهما : متعةالنساءفلاأقدر / علىرجلتزوجامرأةإلىأجلإلاغيبتهفيالحجارةوالأخرى : متعةالحجأفصلواحجكمعنعمرتكمفإنهأتملحجكموأتملعمرتكم .  فبينفيقولعمربنالخطابرضياللهعنهأننهيهعنمتعةالحجعلىالاختيارلإفرادالحجعنالعمرةلاعلىالتحريم . وقددللناعلىذلكفيكتابالحج .  وأمامتعةالنكاحفإنمانهىعنهاوأوعدالعقوبةعليهالأنهعلمنهىالنبي [ صلىاللهعليهوسلم ]  عنهابعدالإذنفيها .  وفيذلكاحتجفيبعضمارويعنهولايجوزأنيظنبهغيرذلكوهوتركرأيهوردقضاءنفسهبخبريرويهغيرهعنالنبي [ صلىاللهعليهوسلم ] وذلكفيماانتشرعنهفيديةالجنينوميراثالمرأةمنديةزوجهاوغيرذلك .  فكيفيستجيزخلافمايرويهبنفسهعنالنبي [ صلىاللهعليهوسلم ] منغيرثبوتماينسخه
صحيحمسلم - (2 /885( 
دثنامحمدبنالْمُثَنَّىوبنبَشَّارٍقالبنالْمُثَنَّىحدثنامحمدبنجَعْفَرٍحدثناشُعْبَةُقالسمعتقَتَادَةَيحدثعنأبينَضْرَةَقالكانبنعَبَّاسٍيَأْمُرُبِالْمُتْعَةِوكانبنالزُّبَيْرِيَنْهَىعنهاقالفَذَكَرْتُذلكلِجَابِرِبنعبداللَّهِفقالعلىيَدَيَّدَارَالْحَدِيثُتَمَتَّعْنَامعرسولاللَّهِصلىاللهعليهوسلمفلماقامعُمَرُقالإِنَّاللَّهَكانيُحِلُّلِرَسُولِهِماشَاءَبِمَاشَاءَوَإِنَّالْقُرْآنَقدنَزَلَمَنَازِلَهُفَ { وأتمواالْحَجَّوَالْعُمْرَةَلِلَّهِ } كماأَمَرَكُمْاللهوَأَبِتُّوانِكَاحَهذهالنِّسَاءِفَلَنْأُوتَىبِرَجُلٍنَكَحَامْرَأَةًإلىأَجَلٍإلارَجَمْتُهُبِالْحِجَارَةِ1217وحدثنيهزُهَيْرُبنحَرْبٍحدثناعَفَّانُحدثناهَمَّامٌحدثناقَتَادَةُبهذاالإسنادوقالفيالحديثفَافْصِلُواحَجَّكُمْمنعُمْرَتِكُمْفإنهأَتَمُّلِحَجِّكُمْوَأَتَمُّلِعُمْرَتِكُمْ  1
(10)صحيحمسلم - (ج 6 / ص 270)
2158 - حَدَّثَنَاحَامِدُبْنُعُمَرَالْبَكْرَاوِيُّوَمُحَمَّدُبْنُأَبِيبَكْرٍالْمُقَدَّمِيُّقَالَاحَدَّثَنَابِشْرُبْنُالْمُفَضَّلِحَدَّثَنَاعِمْرَانُبْنُمُسْلِمٍعَنْأَبِيرَجَاءٍقَالَقَالَعِمْرَانُبْنُحُصَيْنٍنَزَلَتْآيَةُالْمُتْعَةِفِيكِتَابِاللَّهِيَعْنِيمُتْعَةَالْحَجِّوَأَمَرَنَابِهَارَسُولُاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَثُمَّلَمْتَنْزِلْآيَةٌتَنْسَخُآيَةَمُتْعَةِالْحَجِّوَلَمْيَنْهَعَنْهَارَسُولُاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَحَتَّىمَاتَقَالَرَجُلٌبِرَأْيِهِبَعْدُمَاشَاءَوحَدَّثَنِيهِمُحَمَّدُبْنُحَاتِمٍحَدَّثَنَايَحْيَىبْنُسَعِيدٍعَنْعِمْرَانَالْقَصِيرِحَدَّثَنَاأَبُورَجَاءٍعَنْعِمْرَانَبْنِحُصَيْنٍبِمِثْلِهِغَيْرَأَنَّهُقَالَوَفَعَلْنَاهَامَعَرَسُولِاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَوَلَمْيَقُلْوَأَمَرَنَابِهَا
(11)صحيحالبخاري - (5 / 1967(
4826 حدثنامحمدبنبَشَّارٍحدثناغُنْدَرٌحدثناشُعْبَةُعنأبيجَمْرَةَقالسمعتبنعَبَّاسٍيسألعنمُتْعَةِالنِّسَاءِفَرَخَّصَفقاللهمَوْلًىلهإنماذلكفيالْحَالِالشَّدِيدِوفيالنِّسَاءِقِلَّةٌأونَحْوَهُفقالبنعَبَّاسٍنعم  1
(12)التفسيرالكبير - (10 / 41(
والروايةالثالثة : أنهأقربأنهاصارتمنسوخة . روىعطاءالخرسانيعنابنعباسفيقوله : { فَمَااسْتَمْتَعْتُمْبِهِمِنْهُنَّ } قالصارتهذهالآيةمنسوخةبقولهتعالى : { الْحَكِيمُيأيُّهَاالنَّبِىُّإِذَاطَلَّقْتُمُالنّسَاءفَطَلّقُوهُنَّلِعِدَّتِهِنَّ } ( الطلاق : 1 ) ورويأيضاأنهقالعندموته : اللهمإنيأتوباليكمنقوليفيالمتعةوالصرف
سننالترمذي - (3 / 429(
1121 حدثنابنأبيعُمَرَحدثناسُفْيَانُعنالزُّهْرِيِّعنعبداللَّهِوَالْحَسَنِابْنَيْمُحَمَّدِبنعَلِيٍّعنأَبِيهِمَاعنعَلِيِّبنأبيطَالِبٍانالنبيصلىاللهعليهوسلمنهىعنمُتْعَةِالنِّسَاءِوَعَنْلُحُومِالْحُمُرِالْأَهْلِيَّةِزَمَنَخَيْبَرَقالوفيالْبَابعنسَبْرَةَالْجُهَنِيِّوَأَبِيهُرَيْرَةَقالأبوعِيسَىحَدِيثُعَلِيٍّحَدِيثٌحَسَنٌصَحِيحٌوَالْعَمَلُعلىهذاعِنْدَأَهْلِالْعِلْمِمنأَصْحَابِالنبيصلىاللهعليهوسلموَغَيْرِهِمْوَإِنَّمَاروىعنبنعَبَّاسٍشَيْءٌمنالرُّخْصَةِفيالْمُتْعَةِثُمَّرَجَعَعنقَوْلِهِحَيْثُأُخْبِرَعنالنبيصلىاللهعليهوسلموَأَمْرُأَكْثَرِأَهْلِالْعِلْمِعلىتَحْرِيمِالْمُتْعَةِوهوقَوْلُالثَّوْرِيِّوبنالْمُبَارَكِوَالشَّافِعِيِّوَأَحْمَدَوإسحاق
(13)شرحالنوويعلىمسلم - (ج 4 / ص 310)
- قَوْله : ( حَدَّثَنِيجَابِربْنعَبْداللَّهالْأَنْصَارِيّرَضِيَاللَّهعَنْهُأَنَّهُحَجَّمَعَرَسُولاللَّهصَلَّىاللَّهعَلَيْهِوَسَلَّمَعَامسَاقَالْهَدْيمَعَهُ،وَقَدْأَهَلُّوابِالْحَجِّمُفْرَدًافَقَالَرَسُولاللَّهصَلَّىاللَّهعَلَيْهِوَسَلَّمَ : أَحِلُّوامِنْإِحْرَامكُمْفَطُوفُوابِالْبَيْتِوَبَيْنالصَّفَاوَالْمَرْوَة،وَقَصِّرُواوَأَقِيمُواحَلَالًاحَتَّىإِذَاكَانَيَوْمالتَّرْوِيَةفَأَهِلُّوابِالْحَجِّوَاجْعَلُواالَّتِيقَدِمْتُمْبِهَامُتْعَة ) اِعْلَمْأَنَّهَذَاالْكَلَامفِيهِتَقْدِيموَتَأْخِير،وَتَقْدِيره : وَقَدْأَهَلُّوابِالْحَجِّمُفْرَدًافَقَالَرَسُولاللَّهصَلَّىاللَّهعَلَيْهِوَسَلَّمَ : اِجْعَلُواإِحْرَامكُمْعُمْرَةوَتَحَلَّلُوابِعَمَلِالْعُمْرَةوَهُوَمَعْنَىفَسْخالْحَجّإِلَىالْعُمْرَة .وَقَدْاِخْتَلَفَالْعُلَمَاءفِيهَذَاالْفَسْخهَلْهُوَخَاصّلِلصَّحَابَةِتِلْكَالسَّنَةخَاصَّةأَمْبَاقٍلَهُمْوَلِغَيْرِهِمْإِلَىيَوْمالْقِيَامَة؟فَقَالَأَحْمَدوَطَائِفَةمِنْأَهْلالظَّاهِر : لَيْسَخَاصًّابَلْهُوَبَاقٍإِلَىيَوْمالْقِيَامَة،فَيَجُوزلِكُلِّمَنْأَحْرَمَبِحَجٍّوَلَيْسَمَعَهُهَدْيأَنْيَقْلِبإِحْرَامهعُمْرَةوَيَتَحَلَّلبِأَعْمَالِهَا . وَقَالَمَالِكوَالشَّافِعِيّوَأَبُوحَنِيفَةوَجَمَاهِيرالْعُلَمَاءمِنْالسَّلَفوَالْخَلَف : هُوَمُخْتَصّبِهِمْفِيتِلْكَالسَّنَةلَايَجُوزبَعْدهَا،وَإِنَّمَاأُمِرُوابِهِتِلْكَالسَّنَةلِيُخَالِفُوامَاكَانَتْعَلَيْهِالْجَاهِلِيَّةمِنْتَحْرِيمالْعُمْرَةفِيأَشْهُرالْحَجّ،وَمِمَّايُسْتَدَلّبِهِلِلْجَمَاهِيرِحَدِيثأَبِيذَرّرَضِيَاللَّهعَنْهُالَّذِيذَكَرَهُمُسْلِمبَعْدهَابِقَلِيلٍ ( كَانَتْالْمُتْعَةفِيالْحَجّلِأَصْحَابِمُحَمَّدصَلَّىاللَّهعَلَيْهِوَسَلَّمَخَاصَّة ) يَعْنِيفَسْخالْحَجّإِلَىالْعُمْرَةوَفِيكِتَابالنَّسَائِيِّعَنْالْحَارِثبْنبِلَالعَنْأَبِيهِقَالَ : " قُلْت : يَارَسُولاللَّهفَسْخالْحَجّلَنَاخَاصَّةأَمْلِلنَّاسِعَامَّة؟فَقَالَ : بَلْلَنَاخَاصَّة " . وَأَمَّاالَّذِيفِيحَدِيثسُرَاقَة ( أَلِعَامِنَاهَذَاأَمْلِأَبَدٍ؟فَقَالَ : لِأَبَدِأَبَد ) فَمَعْنَاهُجَوَازالِاعْتِمَارفِيأَشْهُرالْحَجّكَمَاسَبَقَتَفْسِيره .فَالْحَاصِلمِنْمَجْمُوعطُرُقالْأَحَادِيثأَنَّالْعُمْرَةفِيأَشْهُرالْحَجّجَائِزَةإِلَىيَوْمالْقِيَامَةوَكَذَلِكَالْقِرَان،وَأَنَّفَسْخالْحَجّإِلَىالْعُمْرَةمُخْتَصّبِتِلْكَالسَّنَةوَاَللَّهأَعْلَم .
شرحالنوويعلىمسلم - (ج 4 / ص 311)
- قَوْله : ( كَانَاِبْنعَبَّاسيَأْمُرنَابِالْمُتْعَةِ،وَكَانَاِبْنالزُّبَيْريَنْهَىعَنْهَاقَالَ : فَذَكَرْتذَلِكَلِجَابِرِبْنعَبْداللَّهفَقَالَ : عَلَىيَدَيَّدَارَالْحَدِيثتَمَتَّعْنَامَعَرَسُولاللَّهصَلَّىاللَّهعَلَيْهِوَسَلَّمَفَلَمَّاقَامَعُمَرقَالَ : إِنَّاللَّهيُحِلّلِرَسُولِهِمَاشَاءَبِمَاشَاءَ،وَإِنَّالْقُرْآنقَدْنَزَلَمَنَازِله،فَأَتِمُّواالْحَجّوَالْعُمْرَةكَمَاأَمَرَكُمْاللَّه،وَأَبِتُّوانِكَاحهَذِهِالنِّسَاءفَلَنْأُوُتَىبِرَجُلٍنَكَحَاِمْرَأَةإِلَىأَجَلإِلَّارَجَمْتهبِالْحِجَارَةِ )وَفِيالرِّوَايَةالْأُخْرَىعَنْعُمَررَضِيَاللَّهعَنْهُ :( فَافْصِلُواحَجّكُمْمِنْعُمْرَتكُمْفَإِنَّهُأَتَمّلِحَجِّكُمْوَأَتَمّلِعُمْرَتِكُمْ )وَذَكَرَبَعْدهَذَامِنْرِوَايَةأَبِيمُوسَىالْأَشْعَرِيّرَضِيَاللَّهعَنْهُأَنَّهُكَانَيُفْتِيبِالْمُتْعَةِ،وَيَحْتَجّبِأَمْرِالنَّبِيّصَلَّىاللَّهعَلَيْهِوَسَلَّمَبِذَلِكَ،وَقَوْلعُمَررَضِيَاللَّهعَنْهُأَنْنَأْخُذبِكِتَابِاللَّه،فَإِنَّاللَّهتَعَالَىأَمَرَبِالْإِتْمَامِ،وَذَكَرَعَنْعُثْمَانأَنَّهُكَانَيَنْهَىعَنْالْمُتْعَةأَوْالْعُمْرَة،وَأَنَّعَلِيًّاخَالَفَهُفِيذَلِكَوَأَهَلَّبِهِمَاجَمِيعًا،وَذَكَرَقَوْلأَبِيذَرّرَضِيَاللَّهعَنْهُ : كَانَتْالْمُتْعَةفِيالْحَجّلِأَصْحَابِمُحَمَّدصَلَّىاللَّهعَلَيْهِوَسَلَّمَخَاصَّة،وَفِيرِوَايَة : ( رُخْصَة ) ،وَذَكَرَقَوْلعِمْرَانبْنحُصَيْنٍ ( أَنَّالنَّبِيّصَلَّىاللَّهعَلَيْهِوَسَلَّمَأَعْمَرَطَائِفَةمِنْأَهْلهفِيالْعَشْرفَلَمْتَنْزِلآيَةتَفْسَخذَلِكَ ) ،وَفِيرِوَايَة : جَمَعَبَيْنحَجّوَعُمْرَةثُمَّلَمْيَنْزِلفِيهَاكِتَاب،وَلَمْيُنْهَ . قَالَالْمَازِرِيُّ : اُخْتُلِفَفِيالْمُتْعَةالَّتِينَهَىعَنْهَاعُمَرفِيالْحَجّفَقِيلَ : هِيَفَسْخالْحَجّإِلَىالْعُمْرَة،وَقِيلَ : هِيَالْعُمْرَةفِيأَشْهُرالْحَجّ،ثُمَّالْحَجّمِنْعَامه،وَعَلَىهَذَاإِنَّمَانَهَىعَنْهَاتَرْغِيبًافِيالْإِفْرَادالَّذِيهُوَأَفْضَللَاأَنَّهُيَعْتَقِدبُطْلَانهَاأَوْتَحْرِيمهَا . وَقَالَالْقَاضِيعِيَاض : ظَاهِرحَدِيثجَابِروَعِمْرَانوَأَبِيمُوسَىأَنَّالْمُتْعَةالَّتِياِخْتَلَفُوافِيهَاإِنَّمَاهِيَفَسْخالْحَجّإِلَىالْعُمْرَة . قَالَ : وَلِهَذَاكَانَعُمَررَضِيَاللَّهعَنْهُيَضْرِبالنَّاسعَلَيْهَا،وَلَايَضْرِبهُمْعَلَىمُجَرَّدالتَّمَتُّعفِيأَشْهُرالْحَجّ،وَإِنَّمَاضَرَبَهُمْعَلَىمَااِعْتَقَدَهُهُوَوَسَائِرالصَّحَابَةأَنَّفَسْخالْحَجّإِلَىالْعُمْرَةكَانَمَخْصُوصًافِيتِلْكَالسَّنَةلِلْحِكْمَةِالَّتِيقَدَّمْنَاذِكْرهَا . قَالَاِبْنعَبْدالْبَرّ : لَاخِلَافبَيْنالْعُلَمَاءأَنَّالتَّمَتُّعالْمُرَادبِقَوْلِاللَّهتَعَالَى : { فَمَنْتَمَتَّعَبِالْعُمْرَةِإِلَىالْحَجّفَمَااِسْتَيْسَرَمِنْالْهَدْي } هُوَالِاعْتِمَارفِيأَشْهُرالْحَجّ . قَالَ : وَمِنْالتَّمَتُّعأَيْضًاالْقِرَانلِأَنَّهُتَمَتُّعبِسُقُوطِسَفَرهلِلنُّسُكِالْآخَرمِنْبَلَده . قَالَ : وَمِنْالتَّمَتُّعأَيْضًافَسْخالْحَجّإِلَىالْعُمْرَة .هَذَاكَلَامالْقَاضِيقُلْت : وَالْمُخْتَارأَنَّعُمَروَعُثْمَانوَغَيْرهمَاإِنَّمَانَهَوْاعَنْالْمُتْعَةالَّتِيهِيَالِاعْتِمَارفِيأَشْهُرالْحَجّ،ثُمَّالْحَجّمِنْعَامه،وَمُرَادهمْنَهْيأَوْلَوِيَّةلِلتَّرْغِيبِفِيالْإِفْرَادلِكَوْنِهِأَفْضَل،وَقَدْاِنْعَقَدَالْإِجْمَاعبَعْدهَذَاعَلَىجَوَازالْإِفْرَادوَالتَّمَتُّعوَالْقِرَانمِنْغَيْركَرَاهَة . وَإِنَّمَااِخْتَلَفُوافِيالْأَفْضَلمِنْهَاوَقَدْسَبَقَتْهَذِهِالْمَسْأَلَةفِيأَوَائِلهَذَاالْبَابمُسْتَوْفَاةوَاللَّهأَعْلَم .



http://kamil-achmad.blogspot.com/2013/09/mutah-nikah-kontrak_16.htmlNIKAH MUT'AH (KAWIN KONTRAK)