DAFTAR ISI

Rabu, 13 November 2013

WAKTU PUASA


وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ [البقرة: 187[
Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, ( Al Baqarah : 187)
Syubhat
Ayat diatas menuntut kita untuk memulai puasa ketika telah jelas perbedaan antara benang putih dan benang hitam, yaitu ketika jelas ”terangnya siang”, dari ”gelapnya malam”. Dengan kata lain awal puasa adalah ketika langit sudah agak terang. Bukan ketika adzan Shubuh, karena ketika itu langit masih gelap.
Sedangkan akhir puasa adalah إِلَى اللَّيْلِ  (sampai malam) , penggunaan kata “إِلَى اللَّيْلِ  ” menunjukkan bahwa kita harus meneruskan puasa sampai malam tiba, dan berbuka setelah langit mulai gelap, bukan saat menjelang malam atau adzan magrib, karena ketika itu langit masih terang.
Kami menjawab
Al Qur`an turun dengan bahasa arab yang fasih, Allah berfirman :
قُرْآنًا عَرَبِيًّا غَيْرَ ذِي عِوَجٍ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (28) [الزمر: 28 [
“ (Ialah) Al Quran dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya) supaya mereka bertakwa.”  (Az zumar :28)
Pemahaman Al Quran yang benar tidak luput dari andil ilmu Bahasa Arab, karena semua kata dalam Al Qur`an selalu selaras dengan tata-bahasa arab yang baik dan benar. Maka salah besar jika kita menafsiri Al Quran dengan logika semata tanpa memandang segi bahasa yang merupakan salah satu elemen penting dalam penafsiran Al Quran
Begitu juga halnya dalam memahami ayat  di atas.
Awal puasa
Sebenarnya ayat di atas sudah sangat jelas maknanya. Mengenai awal puasa, dalam ayat tersebut disebutkan:
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ
Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar
Perkataan benang putih dan benang hitam dalam ayat di atas merupakan sebuah perumpamaan yang indah untuk menunjukkan batas antara siang dan malam. Sebagian orang terjebak dengan kata-kata benang putih dan benang hitam, mereka mengira putih identik dengan cahaya dan hitam identik dengan kegelapan, maka waktu yang dimaksud dalam ayat tentu adalah waktu ketika cahaya sudah mulai nampak sehingga kita bisa melihat sekeliling kita, bahkan salah seorang sahabat Rasulullah saw ada yang salah sangka dan mengira bahwa maksud benang putih dan hitam itu adalah benang yang sesungguhnya sehingga ia menyimpan di bawah bantalnya kedua ikatan kain putih dan hitam untuk mengetahui kapan ia memulai puasanya yaitu ketika ia mulai bisa membedakan keduanya. Untuk menafikan pemahaman seperti inilah Allah menjelaskan bahwa maksud dari hal tersebut adalah fajar, karena fajar adalah pemisah antara gelapnya malam dan terangnya siang(1).
Fajar secara bahasa adalah berkas cahaya di waktu shubuh, fajar terbagi menjadi dua yaitu fajar kadzib dan fajar shadiq, fajar kadzib yaitu berkas cahaya yang memanjang ke angkasa dan kemudian hilang, sedangkan fajar shadiq adalah cahaya yang nampak di ufuq timur membentang dari utara ke selatan, pertama kelihatan samar seperti benang yang melebar dan kemudian cahaya tersebut terus bertambah terang hingga akhirnya terbit matahari. Inilah maksud dari firman Allah SWT, yaitu ketika fajar shadiq mulai muncul, maka ketika itu seorang harus berhenti untuk makan dan minum dan memulai puasanya, meskipun saat itu keadaan masih gelap(2).
Banyak orang menyangka awal puasa adalah waktu adzan shubuh, ini adalah pemahaman yang keliru, karena terkadang muadzin melakukan adzan jauh melebihi waktu masuknya fajar (Shubuh), oleh karena itulah sebagian ulama membuat jadwal imsakiyah agar kita tahu kapan waktu shubuh sebenarnya, dan perlu diketahui bahwa waktu imsak dibuat bukan untuk menandakan awal puasa akan tetapi agar kita lebih berhati-hati dan memiliki persiapan untuk memulai berpuasa di waktu fajar (Shubuh), Sebagaimana dahulu Rasulullah menggunakan adzan sebagai peringatan, sehingga adzan shubuh menjadi dua kali, satu sebelum datangnya waktu Shubuh dan kedua setelah waktu Shubuh yaitu waktu dimulainya berpuasa, Rasulullah bersabda :
-لاَ يَمْنَعَنَّ أَحَدَكُمْ أَذَانُ بِلاَلٍ مِنْ سَحُورِهِ ، فَإِنَّهُ يُؤَذِّنُ - أَوْ قَالَ يُنَادِى - لِيَرْجِعَ قَائِمَكُمْ ، وَيُنَبِّهَ نَائِمَكُمْ ،
Janganlah adzan bilal mencegah salah satu dari kalian untuk makan sahur, karena ia adzan untuk mengingatkan orang yang telah bangun dari kalian (mengenai dekatnya Shubuh) dan membangunkan orang yang tidur dari kalian. (HR Bukhari)(3)
Akhir Puasa
Mengenai akhir puasa Allah berfirman:
ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam
 اللَّيْلِ adalah waktu yang dimulai sejak tenggelamnya matahari dengan sempurna sampai terbitnya fajar (4).
Dari sini kita bisa mengetahui bahwa akhir puasa kita adalah ketika malam mulai datang atau ketika matahari tenggelam secara keseluruhan meskipun ketika itu cahaya matahari masih tersisa.  Penggunaan frasa ghoyah إِلَى dalam ayat diatas menunjukkan bahwa puasa selesai begitu malam tiba, artinya kita tidak dituntut untuk menunggu malam menjadi gelap untuk mulai berbuka puasa dan tidak secuilpun bagian malam yang harus dipuasai. Karena kata إِلَى digunakan dalam bahasa arab untuk menunjukkan bahwa kata yang setelahnya tidak masuk dalam domain (bagian) jika kata yang setelahnya tidak sejenis dengan yang sebelumnya(5).
Rasulullah mengajarkan kita untuk segera berbuka setelah matahari benar-benar tenggelam, walaupun keadaan masih terang sebab sisa-sisa cahaya matahari. Diceritakan dalam suatu hadits :
عن عبدالله بن أبي أوفى رضي الله عنه قال كنا مع رسول الله صلى الله عليه و سلم في سفر في شهر رمضان فلما غابت الشمس قال  : يا فلان انزل فاجدح لنا قال يا رسول الله إن عليك نهارا قال انزل فاجدح لنا قال فنزل فجدح فأتاه به فشرب النبي صلى الله عليه و سلم ثم قال بيده إذا غابت الشمس من ههنا وجاء الليل من ههنا فقد أفطر الصائم
Dari Abdullah bin Abi Aufa ra, berkata, “Kami bersama Rasulullah saw dalam suatu perjalanan di bulan ramadhan, ketika tenggelam matahari,  (Rasulullah) bersabda  “ Ya Fulan, turun dan siapkan makanan buat kami”, Ia berkata, “YA Rasulullah hari masih siang”, ,  (Rasulullah) berkata “Turun dan siapkan bagi kami makanan”, maka ia turun dan menyiapkan makanan dan menghidangkanya, dan Nabi saw minum darinya kemudian beliau bersabda “ Jika telah hilang matahari, dari arah sini (barat), dan datang malam dari arah sini (timur), maka telah berbuka orang yang berpuasa.” (Mutafaq Alaih)(6)
Imam nawawi mengatakan, sebab penolakan sahabat tersebut karena ia masih melihat berkas cahaya matahari di langit dan menyangka tidak diperbolehkan  berbuka puasa kecuali setelah cahaya tersebut hilang (gelap).(7)
Menyegerakan berbuka merupakan hal yang dianjurkan, Sebagian orang menganggap tenggelamnya matahari belum cukup sebagai penanda akhir puasa akan tetapi kita harus menunggu sampai gelap,  anggapan ini bertentangan dengan dalil-dalil di atas dan justru sesuai dengan adat Yahudi dan Nashrani, karena mereka tidak berbuka kecuali jika telah gelap, meskipun matahari telah tenggelam, Rasulullah bersabda  :
لاَ يَزَالُ الدِّينُ ظَاهِرًا مَا عَجَّلَ النَّاسُ الْفِطْرَ لأَنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى يُؤَخِّرُونَ.
Agama akan selalu dalam kebaikan selama manusia menyegerakan berbuka, karena Yahudi dan Nasrani mengakhirkan berbuka.(HR Abu Dawud)(8)
Diceritakan bahwa kaum Yahudi dan Nasrani mengakhirkan puasa sampai langit gelap dan bintang mulai tampak, oleh sebab itulah rasulullah memerintahkan kita untuk menyelisihi mereka dengan bersegera berbuka setelah matahari tenggelam meskipun keadaan masih terang(9).
Referensi
 (1)صحيح البخاري (2/  677(
1817 - حدثنا حجاج بن منهال حدثنا هشيم قال أخبرني حصين بن عبد الرحمن عن الشعبي عن عدي بن حاتم رضي الله عنه قال  : لما نزلت { حتى يتبين لكم الخيط الأبيض من الخيط الأسود } . عمدت إلى عقال أسود وإلى عقال أبيض فجعلتهما تحت وسادتي فجعلت أنظر في الليل فلا يستبين لي فغدوت على رسول الله صلى الله عليه و سلم فذكرت له ذلك فقال ( إنما ذلك سواد الليل وبياض النهار(
صحيح البخاري (2/  677(
 1818 - حدثنا سعيد بن أبي مريم حدثنا ابن أبي حازم عن أبيه عن سهل بن سعد ( ح ) . حدثني سعيد بن أبي مريم حدثنا أبو غسان محمد بن مطرف قال حدثني أبو حازم عن سهل بن سعد قال  : أنزلت { وكلوا واشربوا حتى يتبين لكم الخيط الأبيض من الخيط الأسود } ولم ينزل { من الفجر } فكان رجال إذا أرادوا الصوم ربط أحدهم في رجله الخيط الأبيض والخيط الأسود ولم يزل يأكل حتى يتبين له رؤيتهما فأنزل الله بعد { من الفجر } فعلموا أنه إنما يعني الليل والنهار
صحيح مسلم (2/  766(
33 - ( 1090 ) حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة حدثنا عبدالله بن إدريس عن حصين عن الشعبي عن عدي بن حاتم رضي الله عنه قال  : لما نزلت { حتى يتبين لكم الخيط الأبيض من الخيط الأسود من الفجر } [ 2 / البقرة / الآية 187 ] قال له عدي بن حاتم يا رسول الله إني أجعل تحت وسادتي عقالين عقالا أبيض وعقالا أسود أعرف الليل من النهار فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم إن وسادتك لعريض إنما هو سواد الليل وبياض النهار  [
صحيح مسلم (2/  767(
 35 - ( 1091 ) حدثني محمد بن سهل التميمي وأبو بكر بن إسحاق قالا حدثنا ابن أبي مريم أخبرنا أبو غسان حدثني أبو حازم عن سهل بن سعد رضي الله عنه قال  : لما نزلت هذه الآية { وكلوا واشربوا حتى يتبين لكم الخيط الأبيض من الخيط الأسود } قال فكان الرجل إذا أراد الصوم ربط أحدهم في رجليه الخيط الأسود والخيط الأبيض فلا يزال يأكل ويشرب حتى يتبين له رئيهما فأنزل الله بعد ذلك من الفجر فعلموا أنما يعني بذلك الليل والنهار

 (2)تهذيب اللغة (3/  499)
فجرقال الليث: الفَجْرُ: ضوء الصبح، وقد انفجر الصبح.  ويقال للصبح المستطير فَجْرٌ، وهو الصادق. والمستطيل الكاذب يقال له: فجر أيضا. وأما الصبح فلا يكون إلا الصادق.والفَجْرُ: تفجيرك الماء. والمَفْجَرُ: الموضع الذي يَفْجَرُ منه. ويقال: انْفَجرت عليهم الدواهي، إذا جاءهم الكثير منها بغته، وأيام الفِجار: أيام وقائع كانت بعكاظ، تفاخروا فيها فاحتربوا واستحلوا الحرمات.
لسان العرب (5/  45(
 ( فجر ) الفَجْر ضوء الصباح وهو حُمْرة الشمس في سواد الليل وهما فَجْرانِ أَحدهما المُسْتطيل وهو الكاذب الذي يسمى ذَنَبَ السِّرْحان والآخر المُسْتطير وهو الصادق المُنتَشِر في الأُفُقِ الذي يُحَرِّم الأَكل والشرب على الصائم ولا يكون الصبحُ إِلا الصادقَ الجوهري الفَجْر في آخر الليل كالشَّفَقِ في أَوله ابن سيده وقد انْفَجَر الصبح وتَفَجَّر وانْفَجَر عنه الليلُ وأَفْجَرُوا دخلوا في الفَجْر كما تقول أَصبحنا من الصبح وأَنشد الفارسي فما أَفْجَرَتْ حتى أَهَبَّ بسُدْفةٍ عَلاجيمُ عَيْنُ ابْنَيْ صُباحٍ تُثيرُها وفي كلام بعضهم كنت أَحُلّ إِذا أَسحرْت وأَرْحَلُ إِذا أَفْجَرْت وفي الحديث أُعَرّسُ إِذا أَفْجَرْت وأَرْتَحِل إِذا أَسْفَرْت أَي أَنزل للنوم والتعريس إِذا قربت من الفجر وأَرتحل إِذا أَضاء قال ابن السكيت أَنت مُفْجِرٌ من ذلك الوقت إِلى أَن تطلع الشمس 
تفسير الطبري - (ج 3 / ص 530(
وأما قوله:"من الفجر" فإنه تعالى ذكره يعني: حتى يتبين لكم الخيطُ الأبيضُ من الخيط الأسود الذي هو من الفجر. وليس ذلك هوَ جميعَ الفجر، ولكنه إذا تبيَّن لكم أيها المؤمنون من الفجر ذلك الخيط الأبيض الذي يكون من تحت الليل الذي فوقه سواد الليل، فمن حينئذ فصُوموا، ثم أتِمُّوا صيامكم من ذلك إلى الليل.وبمثل ما قلنا في ذلك كان ابن زيد يقول:
3021- حدثني يونس، قال: أخبرنا ابن وهب، قال: قال ابن زيد في قوله:"منَ الفجر" قال: ذلك الخيط الأبيضُ هو من الفجر نسبةً إليه، وليس الفجر كله، فإذا جاء هذا الخيط، وهو أوله، فقد حلت الصلاةُ وحَرُم الطعام والشراب على الصائم.
قال أبو جعفر: وفي قوله تعالى ذكره:"وكلوا واشربوا حتى يتبين لكم الخيط الأبيضُ من الخيط الأسود من الفجر ثم أتموا الصيامَ إلى الليل" أوضحُ (ج 3 / ص 531)الدلالة على خطأ قول من قال: حلالٌ الأكلُ والشربُ لمن أراد الصوم إلى طلوع الشمس؛ لأن الخيط الأبيض من الفجر يتبين عند ابتداء طلوع أوائل الفجر، وقد جعل الله تعالى ذكره ذلك حدًّا لمن لزَمه الصوم في الوقت الذي أباح إليه الأكل والشرب والمباشرة.
 (3)صحيح البخارى (3/  54)
621 - حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ قَالَ حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ قَالَ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ التَّيْمِىُّ عَنْ أَبِى عُثْمَانَ النَّهْدِىِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « لاَ يَمْنَعَنَّ أَحَدَكُمْ - أَوْ أَحَدًا مِنْكُمْ - أَذَانُ بِلاَلٍ مِنْ سَحُورِهِ ، فَإِنَّهُ يُؤَذِّنُ - أَوْ يُنَادِى - بِلَيْلٍ ، لِيَرْجِعَ قَائِمَكُمْ وَلِيُنَبِّهَ نَائِمَكُمْ ، وَلَيْسَ أَنْ يَقُولَ الْفَجْرُ أَوِ الصُّبْحُ » . وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ وَرَفَعَهَا إِلَى فَوْقُ وَطَأْطَأَ إِلَى أَسْفَلُ حَتَّى يَقُولَ هَكَذَا . وَقَالَ زُهَيْرٌ بِسَبَّابَتَيْهِ إِحْدَاهُمَا فَوْقَ الأُخْرَى ثُمَّ مَدَّهَا عَنْ يَمِينِهِ وَشِمَالِهِ .
صحيح مسلم (2/  768)
39 - ( 1093 ) حدثنا زهير بن حرب حدثنا إسماعيل بن إبراهيم عن سليمان التيمي عن أبي عثمان عن ابن مسعود رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم  : لا يمنعن أحدا منكم أذان بلال ( أو قال نداء بلال ) من سحوره فإنه يؤذن ( أو قال ينادي ) بليل ليرجع قائمكم ويوقظ نائمكم وقال ليس أن يقول هكذا وهكذا ( وصوب يده ورفعها ) حتى يقول هكذا ( وفرج بين إصبعيه ]
 [ ش ( من سحوره ) ضبطناه بفتح السين وضمها فالمفتوح اسم للمأكول والمضموم اسم للفعل وكلاهما صحيح هنا ( ليرجع قائمكم ) لفظة قائمكم منصوبة مفعول يرجع قال الله تعالى فإن رجعك الله ومعناه أنه إنما يؤذن بليل ليعلمكم بأن الفجر ليس ببعيد فيرد القائم المتهجد إلى راحته لينام غفوة ليصبح نشيطا أو يوتر إن لم يكن أوتر أو يتأهب للصبح إن احتاج إلى طهارة أخرى أو نحو ذلك من مصالحه المترتبة على علمه بقرب الصبح ]
عمدة القاري شرح صحيح البخاري - (ج 8 / ص 159)
ذكر ما يستفاد منه فيه أن الأذان الذي كان يؤذن به بلال رضي الله تعالى عنه كان لرجع القائم وإيقاظ النائم وبه قال أبو حنيفة قال ولا بد من أذان آخر كما فعل ابن أم مكتوم وهو قول النووي أيضا وقد ذكرنا اختلاف العلماء فيه فيما مضى وقال أبو الفتح القشيري الذين قالوا بجواز الأذان للصبح قبل دخول الوقت اختلفوا في وقته فذكر بعض الشافعية أنه يكون في وقت السحر بين الفجر الصادق والكاذب ويكره التقديم على ذلك الوقت وعند البعض يؤذن عند انقضاء صلاة العتمة من نصف الليل وقيل عند ثلث الليل وقيل عند سدسه الآخر
 (4)المصباح المنير في غريب الشرح الكبير (8/  360)
ل ي ل  : اللَّيْلُ مَعْرُوفٌ وَالْوَاحِدَةُ لَيْلَةٌ وَجَمْعُهُ اللَّيَالِي بِزِيَادَةِ الْيَاءِ عَلَى غَيْرِ قِيَاسٍ وَاللَّيْلَةُ مِنْ غُرُوبِ الشَّمْسِ إلَى طُلُوعِ الْفَجْرِ وَقِيَاسُ جَمْعِهَا لَيْلَاتٌ مِثْلُ بَيْضَةٍ وَبَيْضَاتٍ وَقِيلَ اللَّيْلُ مِثْلُ اللَّيْلَةِ كَمَا يُقَالُ الْعَشِيُّ وَالْعَشِيَّةُ وَعَامَلْتُهُ مُلَايَلَةً أَيْ لَيْلَةً وَلَيْلَةً مِثْلُ مُشَاهَرَةً وَمُيَاوَمَةً أَيْ شَهْرًا وَشَهْرًا وَيَوْمًا وَيَوْمًا وَلَيْلٌ أَلْيَلُ شَدِيدُ الظُّلْمَةِ .
التعاريف (ص: 630)
الليل من غروب الشمس إلى طلوع الفجر  اللين ضد الخشونة ويستعمل في الأجسام ثم يستعار للخلق ولغيره من المعاني فيقال فلان لين وفلان خشن وكل منهما يمدح به طورا ويذم طورا بحسب اختلاف المواضع
(5)تفسير البغوي - (ج 1 / ص 209)
قوله تعالى: { ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ } فالصائم يحرم عليه الطعام والشراب بطلوع الفجر الصادق ويمتد إلى غروب الشمس فإذا غربت حصل الفطر.أخبرنا عبد الواحد بن أحمد المليحي أخبرنا أحمد بن عبد الله النعيمي أخبرنا محمد بن يوسف أخبرنا محمد بن إسماعيل أخبرنا الحميدي أخبرنا سفيان أخبرنا هشام بن عروة قال: سمعت أبي يقول: سمعت عاصم بن عمر بن الخطاب عن أبيه رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "إذا أقبل الليل من هاهنا وأدبر النهار من هاهنا وغربت الشمس فقد أفطر الصائم"  .
تفسير الخازن - (ج 2 / ص 239)
{ فاغسلوا وجوهكم وأيديكم إلى المرافق } فقال : الذي آمر به أن يبلغ المرفقين في الغسل لا يجاوزهما وحجة أصحاب هذا القول أن كلمة إلى لانتهاء الغاية وما يجعل غاية للحكم يكون خارجاً عنه كما في قوله تعالى : { ثم أتموا الصيام إلى الليل } ولأن الحد لا يدخل في المحدود فوجب أن لا يجب غسل المرفقين في الوضوء وحجة الجمهور أن كلمة إلى هنا بمعنى مع ومنه قوله تعالى : { ولا تأكلوا أموالهم إلى أموالكم } أي مع أموالكم ويعضده من السنة ما صح من حديث أبي هريرة أنه توضأ فغسل وجهه فأسبغ الوضوء ثم غسل اليمنى حتى أشرع في العضد ثم يده السرى حتى أشرع في العضد ثم قال : هكذا رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يتوضأ . والجواب عن الحجة المتقدمة إن الحد إذا كان من جنس المحدود دخل فيه كما في هذه الآية لأن المرفق من جنس اليد وإذا لم يكن من جنس المحدود لم يدخل فيه كما في قوله تعالى : { ثم أتموا الصيام إلى الليل } لأن النهار من غير جنس الليل فلا يدخل فيه
 (6)صحيح البخارى - (ج 7 / ص 275)
1955 - حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ الْوَاسِطِىُّ حَدَّثَنَا خَالِدٌ عَنِ الشَّيْبَانِىِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِى أَوْفَى - رضى الله عنه - قَالَ كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - فِى سَفَرٍ ، وَهُوَ صَائِمٌ ، فَلَمَّا غَرَبَتِ الشَّمْسُ قَالَ لِبَعْضِ الْقَوْمِ « يَا فُلاَنُ قُمْ ، فَاجْدَحْ لَنَا » . فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ، لَوْ أَمْسَيْتَ . قَالَ « انْزِلْ ، فَاجْدَحْ لَنَا » . قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَلَوْ أَمْسَيْتَ . قَالَ « انْزِلْ ، فَاجْدَحْ لَنَا » . قَالَ إِنَّ عَلَيْكَ نَهَارًا . قَالَ « انْزِلْ ، فَاجْدَحْ لَنَا » . فَنَزَلَ فَجَدَحَ لَهُمْ ، فَشَرِبَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - ثُمَّ قَالَ « إِذَا رَأَيْتُمُ اللَّيْلَ قَدْ أَقْبَلَ مِنْ هَا هُنَا ، فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ » . أطرافه 1941 ، 1956 ، 1958 ، 5297 - تحفة 5163 - 47/3
صحيح مسلم - (ج 2 / ص 772)
52 - ( 1101 ) وحدثنا يحيى بن يحيى أخبرنا هشيم عن أبي إسحاق الشيباني عن عبدالله بن أبي أوفى رضي الله عنه قال كنا مع رسول الله صلى الله عليه و سلم في سفر في شهر رمضان فلما غابت الشمس قال  : يا فلان انزل فاجدح لنا قال يا رسول الله إن عليك نهارا قال انزل فاجدح لنا قال فنزل فجدح فأتاه به فشرب النبي صلى الله عليه و سلم ثم قال بيده إذا غابت الشمس من ههنا وجاء الليل من ههنا فقد أفطر الصائم
صحيح البخاري - (ج 2 / ص 691(
1853 - حدثنا الحميدي حدثنا سفيان حدثنا هشام بن عروة قال سمعت أبي يقول سمعت عاصم بن عمر بن الخطاب عن أبيه رضي الله عنه قال  : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( إذا أقبل الليل من ها هنا وأدبر النهار من ها هنا وغربت الشمس فقد أفطر الصائم (
 (7)شرح النووي على مسلم - (ج 4 / ص 79(
1843 - قَوْله : ( كُنَّا مَعَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَلَمَّا غَابَتْ الشَّمْس قَالَ لِرَجُلٍ : اِنْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا فَقَالَ : يَا رَسُول اللَّه لَوْ أَمْسَيْت ، فَقَالَ : اِنْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا قَالَ إِنَّ عَلَيْنَا نَهَارًا فَنَزَلَ فَجَدَحَ فَشَرِبَ ثُمَّ قَالَ : إِذَا رَأَيْتُمْ اللَّيْل . . . إِلَى آخِره )
مَعْنَى الْحَدِيث . أَنَّ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابه كَانُوا صِيَامًا ، وَكَانَ ذَلِكَ فِي شَهْر رَمَضَان ، كَمَا صَرَّحَ بِهِ فِي رِوَايَة يَحْيَى بْن يَحْيَى : ( فَلَمَّا غَرَبَتْ الشَّمْس أَمَرَهُ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْجَدْحِ لِيُفْطِرُوا ) فَرَأَى الْمُخَاطَب آثَار الضِّيَاء وَالْحُمْرَة الَّتِي بَعْد غُرُوب الشَّمْس فَظَنَّ أَنَّ الْفِطْر لَا يَحِلّ إِلَّا بَعْد ذَهَاب ذَلِكَ ، وَاحْتَمَلَ عِنْده أَنَّ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَرَهَا . فَأَرَادَ تَذْكِيرَهُ وَإِعْلَامَهُ بِذَلِكَ ، وَيُؤَيِّد هَذَا قَوْله ( إِنَّ عَلَيْك نَهَارًا ) لِتَوَهُّمِهِ أَنَّ ذَلِكَ الضَّوْء مِنْ النَّهَار الَّذِي يَجِب صَوْمه ، وَهُوَ مَعْنَى ( لَوْ أَمْسَيْت ) أَيْ تَأَخَّرْت حَتَّى يَدْخُل الْمَسَاء ، وَتَكْرِيره الْمُرَاجَعَة لِغَلَبَةِ اِعْتِقَاده عَلَى أَنَّ ذَلِكَ نَهَار يَحْرُم فِيهِ الْأَكْل مَعَ تَجْوِيزه أَنَّ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَنْظُر إِلَى ذَلِكَ الضَّوْء نَظَرًا تَامًّا ، فَقَصَدَ زِيَادَة الْإِعْلَام بِبَقَاءِ الضَّوْء .
وَفِي هَذَا الْحَدِيث : جَوَاز الصَّوْم فِي السَّفَر ، وَتَفْضِيله عَلَى الْفِطْر لِمَنْ لَا تَلْحَقُهُ بِالصَّوْمِ مَشَقَّةٌ ظَاهِرَةٌ . وَفِيهِ : بَيَان اِنْقِضَاء الصَّوْم بِمُجَرَّدِ غُرُوب الشَّمْس وَاسْتِحْبَاب تَعْجِيل الْفِطْر ، وَتَذْكِير الْعَالِم مَا يُخَاف أَنْ يَكُون نَسِيَهُ ، وَأَنَّ الْفِطْر عَلَى التَّمْر لَيْسَ بِوَاجِبٍ ، وَإِنَّمَا هُوَ مُسْتَحَبٌّ لَوْ تَرَكَهُ جَازَ ، وَأَنَّ الْأَفْضَل بَعْده الْفِطْر عَلَى الْمَاء ، وَقَدْ جَاءَ هَذَا التَّرْتِيب فِي الْحَدِيث الْآخَر فِي سُنَن أَبِي دَاوُدَ وَغَيْره فِي الْأَمْر بِالْفِطْرِ عَلَى تَمْر ، فَإِنْ لَمْ يَجِد فَعَلَى الْمَاء فَإِنَّهُ طَهُور .
 (8)سنن أبى داود (7/  149(
2355 - حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ بَقِيَّةَ عَنْ خَالِدٍ عَنْ مُحَمَّدٍ - يَعْنِى ابْنَ عَمْرٍو - عَنْ أَبِى سَلَمَةَ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ يَزَالُ الدِّينُ ظَاهِرًا مَا عَجَّلَ النَّاسُ الْفِطْرَ لأَنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى يُؤَخِّرُونَ
 (9)سبل السلام - (ج 3 / ص 310(

) وَعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ) هُوَ أَبُو الْعَبَّاسِ سَهْلُ بْنُ سَعْدِ بْنِ مَالِكٍ أَنْصَارِيٌّ خَزْرَجِيٌّ يُقَالُ : كَانَ اسْمُهُ حُزْنًا ؛ فَسَمَّاهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَهْلًا ، مَاتَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَهُ خَمْسَ عَشْرَةَ سَنَةً وَمَاتَ سَهْلٌ بِالْمَدِينَةِ سَنَةَ إحْدَى وَتِسْعِينَ وَقِيلَ : ثَمَانٍ وَثَمَانِينَ ، وَهُوَ آخِرُ مَنْ مَاتَ مِنْ الصَّحَابَةِ بِالْمَدِينَةِ ( أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : { لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ } مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ ) زَادَ أَحْمَدُ " وَأَخَّرُوا السُّحُورَ " زَادَ أَبُو دَاوُد { ؛ لِأَنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى يُؤَخِّرُونَ الْإِفْطَارَ إلَى اشْتِبَاكِ النُّجُومِ {قَالَ فِي شَرْحِ الْمَصَابِيحِ : ثُمَّ صَارَ فِي مِلَّتِنَا شِعَارًا ؛ لِأَهْلِ الْبِدْعَةِ وَسِمَةً لَهُمْ .وَالْحَدِيثُ دَلِيلٌ عَلَى اسْتِحْبَابِ تَعْجِيلِ الْإِفْطَارِ إذَا تَحَقَّقَ غُرُوبُ الشَّمْسِ بِالرُّؤْيَةِ أَوْ بِإِخْبَارِ مَنْ يَجُوزُ الْعَمَلُ بِقَوْلِهِ وَقَدْ ذَكَرَ الْعِلَّةَ وَهِيَ مُخَالَفَةُ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى قَالَ الْمُهَلَّبُ وَالْحِكْمَةُ فِي ذَلِكَ أَنَّهُ لَا يُزَادُ فِي النَّهَارِ مِنْ اللَّيْلِ وَلِأَنَّهُ أَرْفَقُ بِالصَّائِمِ وَأَقْوَى لَهُ عَلَى الْعِبَادَةِ قَالَ الشَّافِعِيُّ : تَعْجِيلُ الْإِفْطَارِ مُسْتَحَبٌّ وَلَا يُكْرَهُ تَأْخِيرُهُ إلَّا لِمَنْ تَعَمَّدَهُ وَرَأَى الْفَضْلَ فِيهِ ( قُلْت ) فِي إبَاحَتِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُوَاصَلَةَ إلَى السَّحَرِ كَمَا فِي حَدِيثِ أَبِي سَعِيدٍ مَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ لَا كَرَاهَةَ إذَا كَانَ ذَلِكَ سِيَاسَةً لِلنَّفْسِ وَدَفْعًا لِشَهْوَتِهَا إلَّا أَنَّ قَوْلَهُ .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar