Rasulullah saw pernah mendoakan kaum Daus yang kafir :
اللَّهُمَّ
اهْدِ دَوْسًا وَائْتِ بِهِمْ
Ya Allah berilah hidayah kepada kaum Daus dan datangkanlah mereka (Mutafaq alaihi)(1)
Dalam hadits lain Rasulullah berdoa bagi ibu Abu Hurairoh :
اللَّهُمَّ اهْدِ أُمَّ
أَبِى هُرَيْرَةَ
Ya
Allah berilah hidayah pada Ibu Abi Hurairoh. (HR Muslim) (2)
Rasulullah
pernah berdo`a bagi kaum Yahudi yang bersin di hadapannya :
يَهْدِيكُمُ اللَّهُ
وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ
Semoga
Allah memberi kalian hidayah dan memperbaiki keadaan kalian
(HR Abu Dawud)(3)
Bukan
hanya hidayah, Rasulullah juga pernah mendoakan ampunan bagi kaum
kafir :
اللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِقَوْمِى فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ
Ya
Allah ampunilah kaumku karena mereka tidak mengetahui
(Mutafaq alaih)(4)
Dalam
hadits lain diceritakan bahwa Rasulullah bersabda :
لو قال لي
فرعون : بارك الله فيك قلت : وفيك وفرعون قد مات
“Seandainya Fir`aun berkata padaku, :“Semoga Allah memberkahimu” ,
Maka aku akan berkata “Begitu juga denganmu” tetapi Fir`aun telah mati.” (HR Bukhari dalam adab mufrod)(5)
Syubhat
Hadits-hadits di atas merupakan teladan agung mengenai sikap
toleransi antar umat beragama yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Meskipun
berbeda keyakinan, Rasulullah tak segan untuk mendoakan mereka, ini menunjukkan
bahwa mendoakan kaum kafir, dan berdoa bersama mereka merupakan sikap yang
sangat mulia.
Bukan hanya berdoa, kita juga dituntut untuk bersikap lemah lembut
dengan mereka, dalam suatu hadits, Rasulullah memerintahkan Asma` untuk tetap
bersilaturahmi dengan ibunya yang kafir, diceritakan pula bahwa ketika Rasulullah
wafat, baju perang Beliau berada di tangan Yahudi sebagai barang gadaian, Rasulullah
juga tidak pernah menolak hadiah dari orang-orang kafir. Semua ini menunjukkan bahwa
islam menjunjung tinggi toleransi antar pemeluk agama, kita dituntut untuk
menghargai semua sikap mereka dan mendoakan mereka.
Kami Menjawab
Memperbolehkan
mendoakan atau doa bersama dengan kaum kafir secara mutlak dengan hanya
berpegang pada hadits-hadits di atas tanpa melihat dalil-dalil lain yang
bertentangan tentu merupakan tindakan yang ceroboh. Sebab artinya kita
mengabaikan banyak dalil yang melarang kita untuk mendoakan orang kafir atau
mendoakan kejelekan bagi orang kafir, seperti firman Allah :
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ
وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي
قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
[التوبة/113[
Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan
orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang
musyrik, walaupun
orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka,
bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam. . (At Taubah : 113)
Rasulullah pernah juga berdoa untuk Bani Mudhor yang kafir
:
اللهم
اجعلها سنين كسني يوسف
Ya Allah jadikanlah bagi mereka tahun-tahun (kekeringan) seperti
tahun-tahun Yusuf (HR Bukhari) (6)
Atau doa Rasulullah ketika perang Ahzab :
« مَلأَ اللَّهُ
بُيُوتَهُمْ وَقُبُورَهُمْ نَارًا
Semoga Allah memenuhi rumah-rumah mereka dan kuburan mereka dengan
api (HR Bukhari) (7)
Dalam shahihnya Imam Bukhari membuat dua judul yang saling
bertentangan, yang satu bab mendoakan kejelekan bagi orang musyrik dan
yang kedua bab mendoakan kebaikan bagi orang musyrik.
Semua dalil-dalil ini sebenarnya tidak bertentangan, karena
keduanya diperuntukkan untuk dua situasi yang berbeda, oleh karena itu kita
harus jeli, jangan hanya melihat satu dalil dan mengindahkan dalil yang lain.
Al Imam Ibnu Hajar Atsqolani menjelaskan mengenai hal ini , beliau berkata :
“ ... Ini adalah isyarat
dari penulis (Imam Bukhari) mengenai perbedaan antara dua situasi, dan bahwa
Rasulullah saw terkadang mendoakan kejelekan Bagi mereka (kaum musyrik) dan
terkadang mendoakan kebaikan bagi mereka. Situasi pertama ketika sangat
kuatnya kuasa mereka dan banyaknya gangguan dari mereka, dan telah berlalu
hadits-hadits yang ada sebelum bab ini. Sedangkan keadaan kedua ketika
kita merasa aman dari gangguan mereka dan diharapkan terbujuknya mereka pada
islam sebagaimana kisah Daus yang akan datang......” (8)
Batasan Toleransi
Setiap hal memiliki batas-batas yang jelas, begitulah juga toleransi
yang diajarkan Islam. Islam tidak melarang kita berhubungan dengan non muslim,
dan membebaskan mereka melakukan apapun yang baik menurut mereka, tetapi islam
tidak mengenal toleransi dalam masalah keagamaan dan tidak mentolerir perbuatan
yang dapat merugikan kaum Muslimin. Kaum kafir yang menistakan Islam tidak
mungin dapat ditolerir, begitu juga pencampuran tata-cara beribadah, kita dilarang
menghadiri upacara keagamaan mereka seperti kebaktian atau doa bersama yang
diselenggarakan mereka walaupun dengan dalih Toleransi.
Begitu juga dalam masalah muamalah, kita diizinkan bermuamalah
dengan mereka selama tidak merugikan kaum muslim, seperti menjual alat-alat
perang kepada kaum kafir yang memerangi islam, dll. (9)
Masalah Doa
Islam mengakui adanya keaneka-ragaman agama (pluralitas) tetapi
tidak menyetujui ide pluralisme agama yang menyatakan bahwa seluruh agama itu
benar.
Dalam Al Qur`an dengan
begitu tegas disebutkan :
وَمَنْ
يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي
الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ [آل عمران/85[
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk
orang-orang yang rugi. (QS
AlI Imran : 85)
Seorang muslim dituntut untuk tidak meridhai adanya kekafiran di
muka bumi, karena meridhai kekafiran sama artinya meridhai Allah disekutukan di
muka bumi. Secara sederhana ulama mengatakan “Ridha dengan kekafiran adalah
kufur” (10)
Dalam upacara keagamaan setiap agama, Doa menempati posisi yang penting.
Islam sendiri menempatkan doa di posisi yang sakral, Doa adalah Ibadah,
Rasulullah bersabda :
الدعاء هو العبادة
Doa merupakan Ibadah (HR Abu Dawud)(11)
Dalam riwayat lain bahkan disebutkan bahwa
doa adalah inti dari ibadah.(12)
Ketika kaum Quraisy menawarkan kepada Rasulullah untuk saling
bergantian dalam beribadah, dengan cara setahun kaum muslimin beribadah pada tuhan
mereka dan setahun kaum kafir akan menyembah Allah, maka turunlah ayat Allah
berikut :
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (1) لَا
أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ (2) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (3) وَلَا
أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ (4) وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (5)
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (6)
Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu bukan
penyembah Tuhan yang aku sembah, Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa
yang kamu sembah, dan kamu
tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. ( QS Al Kafirun : 1-5)(13)
Pesan dari ayat-ayat di atas begitu jelas, Tidak ada toleransi
dalam ibadah. Karena doa merupakan ibadah, maka tidak ada toleransi pula
dalam berdoa. Kita tidak diperkenankan untuk berdoa bersama dengan
bentuk yang hampir sama dengan permintaan kaum kafir kepada Rasulullah, yaitu
membiarkan mereka berdoa kepada tuhan mereka untuk kita amini, kemudian
kita berdoa kepada Allah untuk mereka amini, atau sebaliknya. Sebab itu artinya
kita meridhai mereka untuk berdoa (beribadah) pada tuhan mereka, dan ridha
terhadap kekafiran adalah Kufur.
Mengamini doa orang kafir
Terkadang seorang kafir berdoa tanpa menyebut tuhan mereka, dan
dengan doa yang tidak menjurus pada hal-hal yang dilarang syariat, seperti
ketika mereka berkata pada kita “semoga engkau diberi kesuksesan” atau
yang semacamnya. Mengenai doa seperti ini , Ulama berbeda pendapat apakah boleh
kita megucapkan “aamiin” bagi doa tersebut atau tidak.
Al Imam Rauyani menyatakan
mengucapkan “aamiin” atas doa mereka adalah haram secara mutlak apapun
bentuk doanya, sebab menurut beliau doa seorang kafir tidak bisa terkabul.
Sebagian ulama menentang pendapat tersebut, sebab terkadang
Allah SWT mengabulkan doa orang kafir sebagai bentuk istidraj agar
di akhirat tidak ada lagi kebaikan yang tersisa baginya.
Menurut Ibnu Hajar Al Haitsami, alasan haramnya mengucapkan
“aamiin” bagi doa mereka yang lebih tepat adalah karena disana terdapat unsur mengagungkan
orang kafir, sedangkan mengagungkan orang kafir adalah haram.
Perlu diingatkan sekali lagi, perselisihan ulama mengenai bolehnya
mengucapkan “aamiin” ini jika doa orang kafir tersebut tidak mengandung
hal-hal yang dilarang syariat, seperti penyekutuan Allah, atau doa yang
merugikan kaum muslim, dan juga tidak ada unsur menghormati kaum kafir di atas
kaum muslim, jika doa mereka mengandung hal-hal tersebut atau dalam
pengucapan “aamiin” atas doa mereka terdapat unsur menghormati mereka di atas
kaum muslim, maka ulama sepakat mengenai haramnya mengamini doa mereka. (14)
Jika kita melihat bentuk doa bersama antar umat beragama
yang biasa dilakukan, kita akan melihat disana terdapat unsur pengagungan
kepada pemuka agama lainnya, sehingga kita mendahulukan mereka untuk berdoa di
atas kaum muslim, apalagi dalam doanya mereka biasanya menyebut nama tuhan-tuhan
mereka, jika demikian maka mengamini doa mereka adalah hal yang dilarang
menurut syariat, bahkan bisa menjerumusklan pada kekufuran jika kita meridhai
mereka meminta pada tuhan selain Allah.
Mendoakan orang kafir
Islam tidak memukul rata hukum doa yang ditujukan bagi orang
kafir, Doa bagi mereka terkadang bersifat duniawi, dan terkadang ukhrowi,
terkadang bagi kafir dzimmi (yang tidak memerangi islam) dan terkadang
bagi kafir harby (yang memerangi islam).
Mengenai doa yang bersifat ukhrowy, tidak ada khilaf di antara ulama mengenai bolehnya mendoakan
orang kafir agar mendapatkan hidayah. Jika kita perhatikan hampir semua
doa Rasulullah yang ditujukan pada orang kafir adalah doa agar mereka mendapat
hidayah, seperti doa terhadap kaum Daus, ibu Abu Hurairoh, orang Yahudi yang
bersin, dll.(15)
Sedangkan doa ukhrawi yang lain seperti mendoakan rahmat,
dan maghfiroh bagi mereka, hukumnya adalah haram bagi kaum
kafir yang telah jelas meninggal dalam keadaan kafir, sedangkan bagi kaum
kafir yang masih hidup, doa tersebut juga dilarang kecuali jika kita
syaratkan keislamannya, seperti doa “Ya Allah rahmatilah / ampunilah dia jika
ia masuk islam”.
Oleh karena itulah ketika seorang Yahudi sengaja bersin di dekat
Rasulullah saw, agar beliau mendoakannya dengan doa ‘يرحمك
الله"” (semoga Allah merahmati engkau), Rasulullah tidak mendoakan
demikian tetapi menjawab :
يَهْدِيكُمُ اللَّهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ
“Semoga Allah memberikan Hidayah
padamu dan memperbaiki keadaanmu” (HR Abu Dawud)
Rasulullah tidak mendoakan rahmat Allah
bagi dia sebab Rahmat Allah itu adalah kekhususan kaum Muslim (16).
Dengan alasan yang sama, Rasulullah memerintahkan kita dalam menjawab salam
ahlul kitab :
إِذَا
سَلَّمَ عَلَيْكُمْ أَهْلُ الْكِتَابِ فَقُولُوا وَعَلَيْكُمْ
Jika seorang Ahlul kitab memberi salam kepada kalian maka
katakanlah “juga atas kalian” (Mutafaq
alaihi)
Kita tidak dianjurkan untuk mengucapkan waalaikum salam
warohmatullahi wa barokatuh, sebab rahmat dan berkah dari Allah merupakan
kekhususan kaum muslim. (17)
Perkataan Rasulullah “Jika seorang Ahlul kitab memberi salam
kepada kalian” menunjukkan bahwa
tidak disyariatkan untuk mendahulukan salam atas kaum kafir, ini adalah
pendapat yang benar, sesuai dengan sabda Rasulullah :
لاَ تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلاَ النَّصَارَى بِالسَّلاَمِ
Janganlah kalian memulai mengucapkan salam bagi Yahudi dan Nasrani
(HR Muslim) (18)
Begitu juga kita dilarang untuk mendoakan maghfiroh
(ampunan) bagi kaum kafir. Sedangkan Mengenai doa Rasulullah kepada kaumnya :
اللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِقَوْمِى فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ
Ya Allah ampunilah kaumku karena mereka tidak mengetahui (Mutafaq alaih)
Telah dijelaskan oleh Imam Ibnu Hajar Al Atsqolani bahwa maksud
doa tersebut bukan ampunan atas kekafiran mereka, tetapi Rasulullah
memohon agar Allah memaafkan apa yang mereka perbuat pada
Rasulullah, atau maksud dari perkataan “ampunilah
mereka” adalah berilah mereka hidayah kepada islam yang dengannya mereka
bisa mendapatkan ampunan, atau maknanya ampunilah mereka jika mereka masuk
islam. (19)
Begitulah juga makna permohonan ampun yang diminta Nabi Ibrahim
bagi pamannya yang kafir :
وَاغْفِرْ
لِأَبِي إِنَّهُ كَانَ مِنَ الضَّالِّينَ ( [الشعراء/86[
Dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan
orang-orang yang sesat (QS Asy Syu`ara : 86)
Ibrahim menjanjikan kepada pamannya untuk memohonkan ampun kepada
Allah atas dosa-dosanya jika pamannya mau memeluk agama Ibrahim, tetapi
ketika telah nyata keadaan pamannya yang tetap pada agama yang bathil maka
Ibrahim berlepas diri darinya. hal itu dikemukakan secara jelas di ayat lain :
وَمَا كَانَ
اسْتِغْفَارُ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ إِلَّا عَنْ مَوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ
فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ إِنَّ
إِبْرَاهِيمَ لَأَوَّاهٌ حَلِيمٌ
[التوبة/114[
Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya
tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada
bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah
musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Sesungguhnya Ibrahim
adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun (QS : At Taubah : 113, 114) (20)
Larangan yang jelas mengenai haramnya mendoakan ampunan bagi orang
kafir dijelaskan dalam ayat sebelumnya :
مَا كَانَ
لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ
كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ
الْجَحِيمِ [التوبة/113[
Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan
orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang
musyrik, walaupun
orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi mereka,
bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam. . (At Taubah : 113)
Hal ini karena Allah tidak mengampuni dosa kufur sebagaimana
firman Allah :
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ
ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا
عَظِيمًا } [النساء: 48[
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan
Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah
berbuat dosa yang besar. (QS An Nisa : 48)
Dari sini menjadi jelas bahwa mendoakan ampunan bagi orang kafir
itu haram, kecuali dengan mensyaratkan keislamannya.
Sedangkan mengenai doa yang bersifat keduniaan, kita diperbolehkan
mendoakan mereka selama isi doa tersebut merupakan sesuatu yang diizinkan
secara syariat dan tidak merugikan kaum
muslim. Seperti doa untuk kesehatan, atau supaya dilimpahkan harta dan anaknya.
Sebagaimana sabda Rasululllah saw
:
إذا دعوتم لأحدٍ من
اليهودِ والنصارى فقولوا أكثر اللهُ مالَك وولدَك
Jika kalian berdoa untuk seseorang dari kaum Yahudi dan Nasrani maka
katakanlah “Semoga Allah memperbanyak hartamu dan anakmu” (HR Ibnu Asakir) (21)
Inilah juga yang diisyaratkan Rasulullah dalam sabdanya :
لو قال لي
فرعون : بارك الله فيك قلت : وفيك وفرعون قد مات
“Seandainya Fir`aun berkata padaku, :“Semoga Allah memberkahimu” ,
Maka aku akan berkata “Begitu juga denganmu” tetapi Fir`aun telah mati.” (HR Bukhari dalam adab mufrod)
Sebab berkah dalam bahasa arab memiliki arti berkembang, atau
menjadi banyak. Dan Fir`aun dalam hadits ini digambarkan sebagai seorang yang
tidak memerangi Islam (akrab dengan kaum muslim dan berdoa kepada Allah SWT, tidak
seperti Fir`aun Musa yang digambarkan sangat memusuhi islam dan menganggap
dirinya adalah tuhan).
Doa tersebut Diperbolehkan bagi kafir dzimmi (yang tidak
memerangi islam) bukan untuk kafir harbi
(yang memerangi islam) sebab dengan bertambahnya harta dan anak-anak kafir
harbi maka semakin kuat golongan yang menentang islam. (22)
Begitu juga diperbolehkan mendoakan kaum kafir agar Allah
mengindahkan wajahnya, sebagaimana doa Rasulullah kepada salah seorang
Yahudi :
اللهم جمله
Ya
Allah Indahkanlah wajahnya (HR Baihaqi)(23)
Mendoakan
kejelekan bagi kaum kafir
Kita
diperbolehkan untuk mendoakan kejelekan bagi kaum kafir yang memerangi dan
merendahkan agama islam atau kaum muslimin, sebagaimana yang dilakukan
Rasulullah saw, bahkan sebagian ulama mengatakan wajib, sedangkan kaum kafir yang
tidak memerangi islam, Islam tidak mensyariatkan untuk mencela kaum kafir
dzimmi. Cukup kita mendoakan agar mereka mendapatkan hidayah. (24)
Kesimpulan
Uraian
di atas setidaknya mengingatkan kita mengenai pentingnya doa, doa adalah ibadah
yang harus dilakukan secara hati-hati dan ditujukan secara ikhlas kepada Allah.
Jangan sampai kita meremehkan urusan doa, apalagi jika berhubungan dengan doa
bersama orang-orang kafir, tidak ada satupun dalil yang membolehkan kita
untuk berdoa bersama orang-orang kafir, yang ada hanyalah dalil kebolehan
mendoakan mereka itupun tidak secara mutlak tetapi hanya sebatas perkara
keduniaan atau hidayah, maka jangan sampai dengan alasan toleransi kita
mendobrak aturan-aturan hukum yang telah dibuat oleh Rasulullah saw, karena
tidak ada toleransi dalam melanggar perintah Allah swt.
Referensi
(1)صحيح البخارى (10/ 429)
2937 - حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ
حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ أَنَّ عَبْدَ الرَّحْمَنِ قَالَ قَالَ أَبُو
هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه قَدِمَ طُفَيْلُ بْنُ عَمْرٍو الدَّوْسِىُّ
وَأَصْحَابُهُ عَلَى النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - فَقَالُوا يَا رَسُولَ
اللَّهِ ، إِنَّ دَوْسًا عَصَتْ وَأَبَتْ ، فَادْعُ اللَّهَ عَلَيْهَا . فَقِيلَ
هَلَكَتْ دَوْسٌ . قَالَ « اللَّهُمَّ اهْدِ دَوْسًا وَائْتِ بِهِمْ » .
طرفاه 4392 ، 6397 - تحفة 13755
صحيح مسلم (7/ 180)
6611 - حَدَّثَنَا
يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا الْمُغِيرَةُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ
أَبِى الزِّنَادِ عَنِ الأَعْرَجِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَدِمَ الطُّفَيْلُ
وَأَصْحَابُهُ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ دَوْسًا قَدْ كَفَرَتْ
وَأَبَتْ فَادْعُ اللَّهَ عَلَيْهَا. فَقِيلَ هَلَكَتْ دَوْسٌ فَقَالَ « اللَّهُمَّ
اهْدِ دَوْسًا وَائْتِ بِهِمْ
(2)صحيح مسلم (7/ 165)
6551 - حَدَّثَنَا
عَمْرٌو النَّاقِدُ حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ يُونُسَ الْيَمَامِىُّ حَدَّثَنَا
عِكْرِمَةُ بْنُ عَمَّارٍ عَنْ أَبِى كَثِيرٍ يَزِيدَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
حَدَّثَنِى أَبُو هُرَيْرَةَ قَالَ كُنْتُ أَدْعُو أُمِّى إِلَى الإِسْلاَمِ
وَهِىَ مُشْرِكَةٌ فَدَعَوْتُهَا يَوْمًا فَأَسْمَعَتْنِى فِى رَسُولِ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- مَا أَكْرَهُ فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- وَأَنَا أَبْكِى قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّى كُنْتُ أَدْعُو أُمِّى
إِلَى الإِسْلاَمِ فَتَأْبَى عَلَىَّ فَدَعَوْتُهَا الْيَوْمَ فَأَسْمَعَتْنِى
فِيكَ مَا أَكْرَهُ فَادْعُ اللَّهَ أَنْ يَهْدِىَ أُمَّ أَبِى هُرَيْرَةَ فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « اللَّهُمَّ اهْدِ أُمَّ أَبِى
هُرَيْرَةَ ». فَخَرَجْتُ مُسْتَبْشِرًا بِدَعْوَةِ نَبِىِّ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- فَلَمَّا .....
(3)سنن أبى داود (14/ 386)
5040 - حَدَّثَنَا
عُثْمَانُ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ
حَكِيمِ بْنِ الدَّيْلَمِ عَنْ أَبِى بُرْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كَانَتِ
الْيَهُودُ تَعَاطَسُ عِنْدَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- رَجَاءَ أَنْ
يَقُولَ لَهَا يَرْحَمُكُمُ اللَّهُ فَكَانَ يَقُولُ « يَهْدِيكُمُ اللَّهُ
وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ ».
(4)صحيح البخارى (12/ 195،
بترقيم الشاملة آليا)
3477 - حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصٍ حَدَّثَنَا أَبِى حَدَّثَنَا
الأَعْمَشُ قَالَ حَدَّثَنِى شَقِيقٌ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ كَأَنِّى أَنْظُرُ
إِلَى النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - يَحْكِى نَبِيًّا مِنَ الأَنْبِيَاءِ
ضَرَبَهُ قَوْمُهُ فَأَدْمَوْهُ ، وَهْوَ يَمْسَحُ الدَّمَ عَنْ وَجْهِهِ ،
وَيَقُولُ « اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِى فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ » .
طرفه 6929 - تحفة 9260 - 214/4
صحيح مسلم (5/ 179)
4747 - حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا
الأَعْمَشُ عَنْ شَقِيقٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كَأَنِّى أَنْظُرُ إِلَى
رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَحْكِى نَبِيًّا مِنَ الأَنْبِيَاءِ
ضَرَبَهُ قَوْمُهُ وَهُوَ يَمْسَحُ الدَّمَ عَنْ وَجْهِهِ وَيَقُولُ « رَبِّ
اغْفِرْ لِقَوْمِى فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ ».
(5)الأدب المفرد (ص: 381)
1113 - حدثنا أبو نعيم
قال حدثنا سفيان عن ضرار بن مرة عن سعيد بن جبير عن بن عباس قال : لو قال لي فرعون
بارك الله فيك قلت وفيك وفرعون قد مات
(6)صحيح البخارى (4/ 186،
بترقيم الشاملة آليا)
1006 - حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا مُغِيرَةُ بْنُ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِى الزِّنَادِ عَنِ الأَعْرَجِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ
النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - كَانَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرَّكْعَةِ
الآخِرَةِ يَقُولُ « اللَّهُمَّ أَنْجِ عَيَّاشَ بْنَ أَبِى رَبِيعَةَ ،
اللَّهُمَّ أَنْجِ سَلَمَةَ بْنَ هِشَامٍ ، اللَّهُمَّ أَنْجِ الْوَلِيدَ بْنَ
الْوَلِيدِ ، اللَّهُمَّ أَنْجِ الْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ ،
اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى مُضَرَ ، اللَّهُمَّ اجْعَلْهَا سِنِينَ
كَسِنِى يُوسُفَ »
صحيح مسلم (2/ 135)
1573 - وَحَدَّثَنَاهُ
أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ وَعَمْرٌو النَّاقِدُ قَالاَ حَدَّثَنَا ابْنُ
عُيَيْنَةَ عَنِ الزُّهْرِىِّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِى
هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- إِلَى قَوْلِهِ « وَاجْعَلْهَا
عَلَيْهِمْ كَسِنِى يُوسُفَ ». وَلَمْ يَذْكُرْ مَا بَعْدَهُ.
(7)صحيح البخارى (10/ 421)
2931 - حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى أَخْبَرَنَا عِيسَى
حَدَّثَنَا هِشَامٌ عَنْ مُحَمَّدٍ عَنْ عَبِيدَةَ عَنْ عَلِىٍّ - رضى الله عنه -
قَالَ لَمَّا كَانَ يَوْمُ الأَحْزَابِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه
وسلم - « مَلأَ اللَّهُ بُيُوتَهُمْ وَقُبُورَهُمْ نَارًا ، شَغَلُونَا
عَنِ الصَّلاَةِ الْوُسْطَى حِينَ غَابَتِ الشَّمْسُ » . أطرافه 4111 ، 4533 ،
6396 - تحفة 10232 - 53/4
صحيح مسلم (2/ 112)
1457 - وَحَدَّثَنَا
أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَأَبُو كُرَيْبٍ
قَالُوا حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنِ الأَعْمَشِ عَنْ مُسْلِمِ بْنِ
صُبَيْحٍ عَنْ شُتَيْرِ بْنِ شَكَلٍ عَنْ عَلِىٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- يَوْمَ الأَحْزَابِ « شَغَلُونَا عَنِ الصَّلاَةِ الْوُسْطَى
صَلاَةِ الْعَصْرِ مَلأَ اللَّهُ بُيُوتَهُمْ وَقُبُورَهُمْ نَارًا ».
ثُمَّ صَلاَّهَا بَيْنَ الْعِشَاءَيْنِ بَيْنَ الْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ.
(8)فتح الباري لابن حجر (9/
107)
قَوْلُهُ : ( بَابُ الدُّعَاءِ لِلْمُشْرِكِينَ بِالْهُدَى
لِيَتَأَلَّفَهُمْ )
ذَكَرَ
فِيهِ حَدِيث أَبِي هُرَيْرَة فِي قُدُومِ الطُّفَيْلِ بْنِ عَمْرو الدَّوسِيِّ
وَقَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ " اللَّهُمَّ اِهْدِ
دَوسًا " وَهُوَ ظَاهِرٌ فِيمَا تَرْجَمَ لَهُ وَقَوْلُه "
لِيَتَأَلَّفَهُمْ " مِنْ تَفَقُّهِ الْمُصَنِّفَ إِشَارَة مِنْهُ إِلَى
الْفَرْقِ بَيْنَ الْمَقَامَيْنِ وَأَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
كَانَ تَارَةً يَدْعُو عَلَيْهِمْ وَتَارَةً يَدْعُو لَهُمْ فَالْحَالَة الْأُولَى
حَيْثُ تَشْتَدُّ شَوْكَتُهُمْ وَيَكْثُرُ أَذَاهُمْ كَمَا تَقَدَّمَ فِي
الْأَحَادِيثِ الَّتِي قَبْلَ هَذَا بِبَابٍ وَالْحَالَةُ الثَّانِيَةُ حَيْثُ
تُؤْمَنُ غَائِلَتُهُمْ وَيُرْجَى تَأَلُّفُهُمْ كَمَا فِي قِصَّةِ دَوْسٍ
وَسَيَأْتِي شَرْحُ الْحَدِيثِ الْمَذْكُورِ فِي الْمَغَازِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ
تَعَالَى .
(9)فتح الباري لابن حجر (7/ 49)
قَوْلُهُ : ( بَابُ الشِّرَاءِ وَالْبَيْعِ مَعَ الْمُشْرِكِينَ
وَأَهْلِ الْحَرْبِ ) قَالَ اِبْنُ بَطَّالٍ : مُعَامَلَةُ الْكُفَّارِ جَائِزَةٌ ،
إِلَّا بَيْعَ مَا يَسْتَعِينُ بِهِ أَهْلُ الْحَرْبِ عَلَى الْمُسْلِمِينَ .
وَاخْتَلَفَ الْعُلَمَاءُ فِي مُبَايَعَةِ مَنْ غَالِبُ مَالِهِ الْحَرَامُ ،
وَحُجَّةُ مَنْ رَخَّصَ فِيهِ قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لِلْمُشْرِكِ " أَبَيْعًا أَمْ هِبَةً " ؟ وَفِيهِ جَوَازُ بَيْعِ
الْكَافِرِ وَإِثْبَاتُ مِلْكِهِ عَلَى مَا فِي يَدِهِ ، وَجَوَازُ قَبُولِ
الْهَدِيَّةِ مِنْهُ ، وَسَيَأْتِي حُكْمُ هَدِيَّةِ الْمُشْرِكِينَ فِي كِتَابِ
الْهِبَةِ
(10)تفسير القرطبي (5/ 418)
قوله تعالى: (فلا تقعدوا معهم حتى يخوضوا في حديث غيره) أي غير
الكفر.
(انكم إذا مثلهم) فدل بهذا على وجوب اجتناب أصحاب المعاصي إذا ظهر
منهم منكر، لان من لم يجتنبهم فقد رضي فعلهم، والرضا بالكفر كفر،
قال الله عزوجل: (إنكم إذا مثلهم).
روضة الطالبين وعمدة المفتين (3/
442)
قال المتولي
ولو قال المسلم يا كافر بلا تأويل كفر لأنه سمى الاسلام كفراً والعزم على الكفر في
المستقبل كفر في الحال وكذا التردد في أنه يكفر أم لا فهو كفر في الحال وكذا
التعليق بأمر مستقبل كقوله إن هلك مالي أو ولدي تهودت أو تنصرت قال والرضى
بالكفر كفر حتى لو سأله كافر يريد الإسلام أن يلقنه كلمة التوحيد فلم يفعل أو
أشار عليه بأن لا يسلم أو على مسلم بأن يرتد فهو كافر بخلاف ما لو قال لمسلم سلبه
الله الإيمان أو لكافر لا رزقه الله الإيمان فليس بكفر لأنه ليس رضى بالكفر لكنه
دعا عليه بتشديد الأمر والعقوبة عليه.
(11)سنن أبي داود (1/ 466)
1479 - حدثنا حفص بن عمر ثنا شعبة عن منصور عن ذر عن يسيع الحضرمي
عن النعمان بن بشير : عن النبي صلى الله عليه و سلم قال "
الدعاء هو العبادة قال ربكم { ادعوني أستجب لكم } " .
(12)سنن الترمذى (12/ 262)
3698 - حَدَّثَنَا
عَلِىُّ بْنُ حُجْرٍ أَخْبَرَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ عَنِ ابْنِ لَهِيعَةَ
عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِى جَعْفَرٍ عَنْ أَبَانَ بْنِ صَالِحٍ عَنْ أَنَسِ
بْنِ مَالِكٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الدُّعَاءُ مُخُّ
الْعِبَادَةِ ». قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا
الْوَجْهِ لاَ نَعْرِفُهُ إِلاَّ مِنْ حَدِيثِ ابْنِ لَهِيعَةَ.
(13)تفسير ابن كثير - (ج 8 / ص 507(
بسم الله
الرحمن الرحيم*قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ (1) لا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
(2) وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (3) وَلا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ
(4) وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ (5) لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ (6 (هذه
السورة سورة البراءة من العمل الذي يعمله المشركون، وهي آمرة بالإخلاص فيه، فقوله:
{ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ } شمل كل كافر على وجه الأرض، ولكن
المواجهين بهذا الخطاب هم كفارُ قريش. وقيل:
إنهم من جهلهم دَعَوا رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى عبادة أوثانهم سنة،
ويعبدون معبوده سنة، فأنزل الله هذه السورة، وأمر رسوله صلى الله عليه وسلم
فيها أن يتبرأ من دينهم بالكلية، فقال: { لا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ } يعني: من
الأصنام والأنداد، { وَلا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ } وهو الله وحده لا
شريك له. ف "ما" هاهنا بمعنى "من".
(14) حاشية
الجمل - (ج 6 / ص 321)
شَوْبَرِيٌّ قَالَ الشَّيْخُ عَمِيرَةُ قَالَ الرُّويَانِيُّ لَا
يَجُوزُ التَّأْمِينُ عَلَى دُعَاءِ الْكَافِرِ لِأَنَّهُ غَيْرُ مَقْبُولٍ أَيْ
لِقَوْلِهِ تَعَالَى { وَمَا دُعَاءُ الْكَافِرِينَ إلَّا فِي ضَلَالٍ } ا هـ . سم عَلَى الْمَنْهَجِ وَنُوزِعَ فِيهِ
بِأَنَّهُ قَدْ يُسْتَجَابُ لَهُمْ اسْتِدْرَاجًا كَمَا اُسْتُجِيبَ
لِإِبْلِيسَ فَيُؤَمَّنُ عَلَى دُعَائِهِ هَذَا وَلَوْ قِيلَ وَجْهُ
الْحُرْمَةِ أَنَّ فِي التَّأْمِينِ عَلَى دُعَائِهِ تَعْظِيمًا لَهُ وَتَقْرِيرًا
لِلْعَامَّةِ بِحُسْنِ طَرِيقَتِهِ لَكَانَ حَسَنًا وَفِي حَجّ مَا نَصُّهُ
وَبِهِ أَيْ بِكَوْنِهِمْ قَدْ تُعَجَّلُ لَهُمْ الْإِجَابَةُ اسْتِدْرَاجًا
يَرُدُّ قَوْلَ الْبَحْرِ يَحْرُمُ التَّأْمِينُ عَلَى دُعَاءِ الْكَافِرِ
لِأَنَّهُ غَيْرُ مَقْبُولٍ ا هـ . عَلَى أَنَّهُ قَدْ يَخْتِمُ لَهُ بِالْحُسْنَى فَلَا عِلْمَ
بِعَدَمِ قَبُولِهِ إلَّا بَعْدَ تَحَقُّقِ مَوْتِهِ عَلَى الْكُفْرِ ثُمَّ
رَأَيْت الْأَذْرَعِيَّ قَالَ إطْلَاقُهُ بَعِيدٌ وَالْوَجْهُ جَوَازُ التَّأْمِينِ بَلْ نَدْبُهُ
إذَا دَعَا لِنَفْسِهِ بِالْهِدَايَةِ وَلَنَا بِالنَّصْرِ مَثَلًا وَمَنَعَهُ
إذَا جَهِلَ مَا يَدْعُو بِهِ لِأَنَّهُ قَدْ يَدْعُو بِإِثْمٍ أَيْ بَلْ هُوَ
الظَّاهِرُ مِنْ حَالِهِ( فَرْعٌ ) فِي اسْتِحْبَابِ الدُّعَاءِ لِلْكَافِرِ خِلَافٌ ا هـ .وَاعْتَمَدَ م ر الْجَوَازَ وَأَظُنُّ
أَنَّهُ قَالَ لَا يَحْرُمُ الدُّعَاءُ لَهُ بِالْمَغْفِرَةِ إلَّا إذَا أَرَادَ
الْمَغْفِرَةَ لَهُ مَعَ مَوْتِهِ عَلَى الْكُفْرِ وَسَيَأْتِي فِي الْجَنَائِزِ
التَّصْرِيحُ بِتَحْرِيمِ الدُّعَاءِ لِلْكَافِرِ بِالْمَغْفِرَةِ نَعَمْ إنْ
أَرَادَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ إنْ أَسْلَمَ أَوْ أَرَادَ بِالدُّعَاءِ لَهُ
بِالْمَغْفِرَةِ أَنْ يَحْصُلَ لَهُ سَبَبُهُ وَهُوَ الْإِسْلَامُ ثُمَّ هِيَ
فَلَا يُتَّجَهُ إلَّا الْجَوَازُ ا هـ .سم عَلَى الْمَنْهَجِ وَيَنْبَغِي أَنَّ ذَلِكَ كُلَّهُ إذَا لَمْ
يَكُنْ عَلَى وَجْهٍ يُشْعِرُ بِالتَّعْظِيمِ وَإِلَّا امْتَنَعَ خُصُوصًا إذَا
قَوِيَتْ الْقَرِينَةُ عَلَى تَعْظِيمِهِ وَتَحْقِيرِ غَيْرِهِ كَأَنْ فَعَلَ
فِعْلًا دَعَا لَهُ بِسَبَبِهِ وَلَمْ يَقُمْ بِهِ غَيْرُهُ مِنْ الْمُسْلِمِينَ
فَأَشْعَرَ بِتَحْقِيرِ ذَلِكَ الْغَيْرِ ا هـ
حاشية البجيرمي على الخطيب - (ج 5 / ص 484)
بِمَعْنَى ، الْإِثَابَةِ عَلَيْهِ فَهِيَ مَنْفِيَّةٌ جَزْمًا ،
وَهَذَا مَحْمَلُ الْآيَةِ الْمَذْكُورَةِ وَهَذَا لَا نِزَاعَ فِيهِ . ا هـ . ابْنُ حَجَرٍ فِي
شَرْحِ الْإِيعَابِ . وَلَوْ قِيلَ فِي
وَجْهِ الْحُرْمَةِ : إنَّ فِي التَّأْمِينِ عَلَى دُعَائِهِ تَعْظِيمًا لَهُ
وَتَغْرِيرًا لَهُ وَلِلْعَامَّةِ بِحُسْنِ طَرِيقَتِهِ
(15)فيض القدير (1/ 345)
( وولدك ) بضم فسكون أو
بالتحريك فإنهم ربما أسلموا أو نأخذ جزيتهم وإن ماتوا قبل البلوغ فهم خدمنا في
الجنة أو بعده كفارا فهم فداؤنا من النار فاستشكال الدعاء به لهم بأن فيه الدعاء
بدوام الكفر وهو لا يجوز : جمود . ويجوز الدعاء للكافر أيضا بنحو هداية وصحة
وعافية لا بالمغفرة { إن الله لا يغفر أن يشرك به }
عمدة القاري شرح صحيح البخاري (21/
443، بترقيم الشاملة آليا)
100- ( باب الدعاء للمشركين بالهدى ليتألفهم )
أي هذا باب
في بيان دعاء النبي للمشركين بأن الله يهديهم إلى دين الإسلام قوله ليتألفهم تعليل لدعائه بالهداية لهم وذلك أنه يدعو لهم إذا رجا منهم الإلفة
والرجوع إلى دين الإسلام وقد ذكرنا أن دعاء النبي على حالتين إحداهما أنه يدعو لهم
إذا أمن غائلتهم ورجا هدايتهم والأخرى أنه يدعو عليهم إذا اشتدت شوكتهم وكثر أذاهم
ولم يأمن من شرهم على المسلمين
(16)عون المعبود (11/ 77)
4381 - قَالَ صَاحِبُ عَوْنِ الْمَعْبُودِ : ( كَانَتْ الْيَهُود
تَعَاطَسُ ) : بِحَذْفِ إِحْدَى التَّائَيْنِ أَيْ يَطْلُبُونَ الْعَطْسَة مِنْ
أَنْفُسهمْ ( رَجَاء أَنْ يَقُول لَهَا ) : أَيْ لِلْيَهُودِ
وَتَأْنِيث الضَّمِير بِاعْتِبَارِ الْجَمَاعَة ( فَكَانَ يَقُول ) : أَيْ النَّبِيّ صَلَّى
اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْد عُطَاسهمْ وَحَمْدهمْ ( يَهْدِيكُمْ اللَّه
وَيُصْلِح بَالكُمْ ) : أَيْ وَلَا يَقُول لَهُمْ يَرْحَمكُمْ اللَّه ، لِأَنَّ
الرَّحْمَة مُخْتَصَّة بِالْمُؤْمِنِينَ بَلْ يَدْعُو لَهُمْ بِمَا يُصْلِح
بَالَهُمْ مِنْ الْهِدَايَة وَالتَّوْفِيق لِلْإِيمَانِ . قَالَ
الْمُنْذِرِيُّ : وَأَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيّ وَالنَّسَائِيُّ ، وَقَالَ
التِّرْمِذِيّ حَسَن صَحِيح .
تحفة الأحوذي (7/ 47)
( يَهْدِيكُمْ اللَّهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ ) وَلَا
يَقُولُ لَهُمْ يَرْحَمُكُمْ اللَّهُ ؛ لِأَنَّ الرَّحْمَةَ مُخْتَصَّةٌ بِالْمُؤْمِنِينَ
، بَلْ يَدْعُو لَهُمْ بِمَا يُصْلِحُ بَالَهُمْ مِنْ الْهِدَايَةِ وَالتَّوْفِيقِ
وَالْإِيمَانِ .
مرقاة المفاتيح شرح مشكاة المصابيح (14/ 9)
ولا يقول
لهم يرحمكم الله لأن الرحمة مختصة بالمؤمنين بل يدعو لهم بما يصلح بالهم من
الهداية والتوفيق للإيمان
(17)صحيح مسلم
(7/ 3)
5780 - وَحَدَّثَنِى إِسْمَاعِيلُ بْنُ سَالِمٍ حَدَّثَنَا
هُشَيْمٌ أَخْبَرَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِى بَكْرٍ عَنْ جَدِّهِ أَنَسِ
بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِذَا سَلَّمَ
عَلَيْكُمْ أَهْلُ الْكِتَابِ فَقُولُوا وَعَلَيْكُمْ ».
صحيح البخارى (20/ 500)
6258 - حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا
هُشَيْمٌ أَخْبَرَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِى بَكْرِ بْنِ أَنَسٍ حَدَّثَنَا
أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ - رضى الله عنه - قَالَ قَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه
وسلم - « إِذَا سَلَّمَ عَلَيْكُمْ أَهْلُ الْكِتَابِ فَقُولُوا وَعَلَيْكُمْ » .
طرفه 6926 - تحفة 1081
الأدب المفرد (ص: 380)
1112 - حدثنا سعيد بن
تليد قال حدثنا بن وهب قال أخبرني عاصم بن حكم أنه سمع يحيى بن أبي عمرو الشيباني
عن أبيه عن عقبة بن عامر الجهني : أنه مر برجل هيأته هيأة مسلم فسلم فرد عليه
وعليك ورحمة الله وبركاته فقال له الغلام إنه نصراني فقام عقبة فتبعه حتى أدركه
فقال إن رحمة الله وبركاته على المؤمنين لكن أطال الله حياتك وأكثر مالك
وولدك
(18)صحيح مسلم (7/ 5)
5789 - حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ
بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ - يَعْنِى الدَّرَاوَرْدِىَّ - عَنْ
سُهَيْلٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- قَالَ « لاَ تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلاَ النَّصَارَى بِالسَّلاَمِ
فَإِذَا لَقِيتُمْ أَحَدَهُمْ فِى طَرِيقٍ فَاضْطَرُّوهُ إِلَى أَضْيَقِهِ ».
(19)فتح الباري لابن حجر (18/
194)
... وَالتَّقْيِيد بِالْهِدَايَةِ يُرْشِد إِلَى أَنَّ الْمُرَاد
بِالْمَغْفِرَةِ فِي قَوْله فِي الْحَدِيث الْآخَر " اِغْفِرْ لِقَوْمِي
فَإِنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ " الْعَفْو عَمَّا جَنَوْهُ عَلَيْهِ فِي نَفْسه
لَا مَحْو ذُنُوبهمْ كُلّهَا لِأَنَّ ذَنْب الْكُفْر لَا يُمْحَى ، أَوْ الْمُرَاد
بِقَوْلِهِ " اِغْفِرْ لَهُمْ " اِهْدِهِمْ إِلَى الْإِسْلَام
الَّذِي تَصِحّ مَعَهُ الْمَغْفِرَة ، أَوْ الْمَعْنَى اِغْفِرْ لَهُمْ إِنْ
أَسْلَمُوا ، وَاَللَّه أَعْلَم .
عمدة القاري شرح صحيح البخاري (33/
147، بترقيم الشاملة آليا)
قلت جاء في
حديث آخر اغفر لقومي فإنهم لا يعلمون قلت معناه إهدهم إلى الإسلام الذي تصح معه
المغفرة لأن ذنب الكفر لا يغفر أو يكون المعنى اغفر لهم إن أسلموا
(20)تفسير الرازي - (ج 11 / ص 489)
المطلوب
الرابع : قوله : { واغفر لأَبِى إِنَّهُ كَانَ مِنَ الضالين } واعلم أنه لما فرغ
من طلب السعادات الدنيوية والأخروية لنفسه طلبها لأشد الناس التصاقاً به وهو أبوه
فقال : { واغفر لأَبِى } ثم فيه وجوه : الأول : أن المغفرة مشروطة بالإسلام
وطلب المشروط متضمن لطلب الشرط فقوله : { واغفر لأَبِى } يرجع حاصله إلى أنه
دعاء لأبيه بالإسلام الثاني : أن أباه وعده الإسلام كما قال تعالى : {
وَمَا كَانَ استغفار إبراهيم لأَبِيهِ إِلاَّ عَن مَّوْعِدَةٍ وَعَدَهَا إِيَّاهُ
} [ التوبة : 114 ] فدعا له لهذا الشرط ولا يمتنع الدعاء للكافر على هذا الشرط {
فَلَمَّا تَبَيَّنَ أَنَّهُ عَدُوٌّ لِلَّهِ تَبَرَّأَ مِنْهُ } [ التوبة : 114 ]
وهذا ضعيف لأن الدعاء بهذا الشرط جائز للكافر فلو كان دعاؤه مشروطاً لما منعه الله
عنه الثالث : أن أباه قال له إنه على دينه باطناً وعلى دين نمروذ ظاهراً تقية
وخوفاً ، فدعا له لاعتقاده أن الأمر كذلك فلما تبين له خلاف ذلك تبرأ منه ، لذلك
قال في دعائه : { إِنَّهُ كَانَ مِنَ الضالين } فلولا اعتقاده فيه أنه في الحال
ليس بضال لما قال ذلك .
(21)جامع الأحاديث (3/ 146(
1939- إذا دعوتم لأحدٍ من اليهودِ والنصارى فقولوا أكثر اللهُ مالَك
وولدَك (ابن عدى ، وابن عساكر ، والديلمى عن ابن عمر)أخرجه ابن عدى (4/178 ، ترجمة 997 عبد
الله بن جعفر) وابن عساكر (55/208) ، والديلمى (1/271 ، مصنف ابن أبي شيبة (6/ 105(
(22)فيض القدير - (ج 1 / ص 345(
- ويجوز
الدعاء للكافر أيضا بنحو هداية وصحة وعافية لا بالمغفرة { إن الله لا يغفر أن يشرك
به } وقوله : مالك وولدك جرى على الغالب من حصول الخطاب به فلو دعا لغائب قال ماله
وولده وخرج باليهود والنصارى الذميين أهل الحرب فلا يجوز الدعاء لهم بتكثير
المال والولد والصحة والعافية لأنهم يستعينون بذلك على قتالنا ( فإن قلت )
مالهم وأولادهم قد ينتفع بها بأن نغنمهم ونسترق أطفالهم ( قلت ) هذا مظنون وكثرة
مالهم وعددهم مفسدة محققة ودرء المفسدة المحققة أولى من جلب المصلحة المتوهمة نعم
يجوز بالهداية\
(23)دلائل النبوة للبيهقي (6/ 423)
2466 - أنبأنا أبو الحسين
بن بشران ، أنبأنا إسماعيل بن محمد الصفار ، حدثنا أحمد بن منصور الرمادي ، حدثنا
عبد الرزاق ، أنبأنا معمر ، عن قتادة ، قال : جاء يهودي النبي صلى الله عليه وسلم
، فقال النبي صلى الله عليه وسلم : « اللهم جمله » ، قال : فاسود شعره ،
حتى صار أشد سوادا من كذا وكذا ، قال معمر : وسمعت غير قتادة يذكر أنه عاش نحوا من
تسعين سنة فلم يشب . ورأيته في كتاب المراسيل لأبي داود مختصرا أن يهوديا حلب
للنبي صلى الله عليه وسلم ، فقال : « اللهم جمله » فاسود شعره
(24) عمدة القاري شرح صحيح
البخاري (10/ 409)
وفيه الدعاء بما يشتق من الاسم كما يقال لأحمد أحمد الله عاقبتك
ولعلي أعلاك الله وهو من جناس الاشتقاق وفيه الدعاء على الظالم بالهلاك والدعاء
للمؤمنين بالنجاة وقال بعضهم إن كانوا منتهكين لحرمة الدين يدعى عليهم بالهلاك
وإلا يدعى لهم بالتوبة كما قال اللهم اهد دوسا وأت بهم وروي أن أبا بكر وزوجته
رضي الله تعالى عنهما كانا يدعوان على عبد الرحمن ابنهما يوم بدر بالهلاك إذا حمل
على المسلمين وإذا أدبر يدعوان له بالتوبة
شرح ابن بطال (5/ 5، بترقيم
الشاملة آليا)
وقال المهلب: والدعاء على المشركين يختلف معناه، فإذا كانوا
منتهكين لحرم الدين وحرم أهله، فالدعاء عليهم واجب، وعلى كل من سار بسيرهم من
أهل المعاصى والانتهاك، فإن لم ينتهكوا حرمة الدين وأهله وجب أن يُدعَى لهم
بالتوبة كما قال - صلى الله عليه وسلم
- ، حين سئل أن يدعوا على دوس فقال: «
اللهم اهد دوسًا وائت بهم » ، وقيل: إنما يجب أن يكون الدعاء على أهل المعاصى فى
حين انتهاكهم، وأما عند تركهم وإدبارهم عن الانتهاك فيجب أن يُدعى لهم بالتوبة،
وروى أن أبا بكر الصديق وزوجته كانا يدعوان على عبد الرحمن ابنهما يوم بدر بالهلاك
إذ حمل على المسلمين، وإذا أدبر يدعوان له بالتوبة.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar